Saya saja yang notabene tinggi, gagah dan rada atletis, melihat jarak ketinggian dari kereta ke permukaan tanah rada ngeri-ngeri gimana gitu. Mau lompat takut gagal landing. Mau nunggu kereta jalan tapi tiada kepastian. Dan pastinya menunggu kepastian yang tak pasti adalah situasi paling menjengkelkan.
Akhirnya, dengan tekat bulat, mengumpulkan segala keberanian serta kekuatan, saya pun ambil ancang-ancang dan selanjutnya... turun merayap pelan-pelan dengan berpegangan pada besi di dekat pintu kereta.
Belum lagi saat bertanya ke petugas sesampainya di Stasiun Manggarai, jawabannya sungguh mencerminkan potensi kerugian yang akan semakin membengkak.
"Ke Tanah Abang nggak ada kereta Pak, silakan cari alternatif kendaraan lain..." ucapnya.
Okelah, tinggal keluar stasiun lalu cari ojek online apa susahnya? Tapi... Emosi saya kembali bergejolak saat melihat padatnya antrean manusia menuju pintu keluar. Beberapa terlihat main dorong, sementara yang lainnya main hati alias manyun saja berdiri dengan tatapan kosong tak tahu hendak ke mana selanjutnya.
Banyak orang yang masih sibuk berkirim pesan dan menelepon. Sudah pasti tema besarnya adalah terlambat gara-gara KRL anjlok. Imbasnya pun ke mana-mana. Ada seseorang yang meratap kalau ia terlambat presentasi, entah presentasi apaan, yang jelas kalau sampai matanya berkaca-kaca itu tandanya presentasi yang menyangkut nasibnya.
Dalam situasi seperti ini, delay pesawat tampak lebih manusiawi karena minimal wajib menyediakan snack dan minum. Sedangkan KRL? Ah, lagi-lagi penumpang angkutan murah meriah bersubsidi mana bisa menuntut meskipun untuk sekedar segelas air putih?
Nah, lepas dari minimarket yang mendadak laris manis itu, otak saya pun kembali rada encer setelah dapat asupan minum air mineral seharga sepuluh ribu lima ratus rupiah. Mahal amat? Ya iyalah kan ada oksigennya katanya dan soalnya lagi air mineral biasa dengan harga lebih murah sudah sold out.
Daripada memaksakan diri keluar dari Stasiun Manggarai dengan antrean yang panjang, dan belum tentu juga langsung dapat ojek di luar stasiun, saya pun memutuskan pindah peron dan bertanya ke petugas.