“Ayah sudah pagi, aku mau mandi jam enam!” teriaknya pagi itu, bergegas bangkit dari tempat tidur.
Inilah saat yang kami tunggu-tunggu. Melihat semangatnya, senang dan haru rasanya. Rasanya baru kemarin ia belajar berjalan. Tahu-tahu sekarang sudah mau masuk SD.
Usai mandi, dengan penuh semangat pula ia sarapan. Hmm, biasanya bibir kami, orang tuanya, bisa pegal mengingatkan untuk fokus menghabiskan makan. Kali ini, ia dengan lahap menghabiskan nasi dan lauk yang ada di piring.
“Hebat nih anak Ayah dan Bunda!” sebuah pujian positif memang perlu dilontarkan sebagai apresiasi.
“Hai Nak, apa kabar? Ayo salaman dulu…”
Ah, betapa sambutan guru-guru di sekolah itu terasa hangat dan ramah. Anak kami disambut, disapa dan dipandu menuju kelas barunya. Para orang tua juga disambut dengan ramah. Inilah sekolah yang akan menjadi keluarga baru kami. Bukan sekedar ibarat tempat penitipan anak tanpa terjalin komunikasi dua arah.
Saya sengaja meluangkan waktu untuk tetap berada di sekolah itu, tidak sekedar mengantar lalu segera pulang. Dan memang para orang tua ternyata diberi kebebasan untuk berada di area sekolah sebelum kegiatan untuk anak dimulai. Saya pun memanfaatkannya untuk mengenal sedikit banyak lingkungan di sekolah tersebut. Bertegur sapa sesama orang tua dan guru.
Sesekali anak saya memandang dari kejauhan sambil tersenyum. Ia mencoba mulai bersosialisasi dengan teman-teman barunya. Lega rasanya melihatnya senang dan tertawa.
Ingatan saya melompat bertahun-tahun ke belakang saat wajah ibu saya yang tersenyum lekat di kenangan. Saat itu hari pertama masuk SD bagi saya. Agak canggung bagi saya saat itu, tapi senyuman ibu yang mengantar, meski dari kejauhan, membuat hati saya tenang waktu itu.