- Kebenaran (Satya): Kebenaran adalah inti dari ajaran Gandhi, di mana ia meyakini bahwa hidup yang benar-benar bermakna hanya dapat dicapai melalui pencarian dan penerimaan kebenaran. Internalitas kebenaran bagi Gandhi adalah berkomitmen pada kebenaran dalam setiap aspek hidup, baik dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan, serta berani menghadapi kenyataan dan bertindak jujur.
- Cinta (Ahimsa atau Kasih Sayang): Gandhi memandang cinta sebagai dasar dari kehidupan sosial dan spiritual. Bukan hanya cinta terhadap sesama manusia, tetapi juga kasih sayang terhadap semua makhluk hidup. Ahimsa (tanpa kekerasan) menjadi landasan untuk menciptakan hubungan yang penuh dengan penghormatan dan perdamaian. Cinta berarti tidak hanya memberikan perhatian dan empati, tetapi juga menghindari kekerasan fisik dan mental dalam setiap interaksi.
- Puasa (Laku Prihatin): Puasa dalam pandangan Gandhi bukan hanya soal menahan diri dari makanan, tetapi sebagai bentuk pengendalian diri, refleksi spiritual, dan cara untuk mencapai kedamaian batin. Laku prihatin ini mencerminkan kesederhanaan hidup dan keteguhan dalam menanggulangi kemarahan atau nafsu yang bisa menghalangi pencapaian moral dan etika.
- Anti Kekerasan (Ahimsa): Ahimsa, atau prinsip tanpa kekerasan, adalah nilai utama dalam perjuangan Gandhi. Ini bukan hanya berarti menghindari kekerasan fisik, tetapi juga menghindari kekerasan dalam bentuk apapun, baik itu emosional, mental, atau verbal. Gandhi berjuang untuk membangun dunia yang penuh perdamaian dan saling menghormati, di mana ketidakadilan dapat diatasi tanpa menggunakan cara-cara kekerasan.
- Keteguhan Hati dan Prinsip: Gandhi menekankan pentingnya keteguhan hati dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan, meskipun menghadapi tantangan atau penderitaan. Keteguhan prinsip ini juga berarti tidak mudah terpengaruh oleh tekanan eksternal dan tetap berpegang pada nilai-nilai moral yang telah diyakini. Gandhi menunjukkan bahwa dengan kesabaran dan keberanian, seseorang dapat bertahan dan mencapai perubahan positif.
Gandhi menginternalisasikan konsep Ahimsa (tanpa kekerasan) sebagai prinsip dasar dalam kehidupannya, yang sangat mendalam baik dalam sikap batiniah maupun tindakan fisiknya. Berikut adalah penjelasan terkait konsep Ahimsa dan penerapannya dalam kehidupan Gandhi:
Ahimsa (Tanpa Kekerasan)
- Ahimsa berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua kata: "A" yang berarti "tidak" dan "Himsa" yang berarti "menyakiti" atau "kekerasan". Oleh karena itu, Ahimsa berarti "tidak menyakiti" atau "tanpa kekerasan"---baik secara fisik, verbal, maupun mental.
- Gandhi mengartikan Ahimsa bukan hanya dalam konteks kekerasan fisik, tetapi juga dalam bentuk kekerasan mental dan emosional. Dalam pandangannya, Ahimsa adalah prinsip yang mempengaruhi semua aspek kehidupan, dari cara berpikir, bertindak, hingga berinteraksi dengan orang lain.
Ahimsa dalam Panca Yama (Lima Pengendalian Diri)
Ahimsa adalah bagian dari Panca Yama, yang merupakan lima prinsip dasar dalam ajaran Yoga dan filosofi moral India, yang terdiri dari:
- Ahimsa - Tanpa kekerasan, tidak menyakiti makhluk hidup dalam bentuk apapun.
- Brahmacarya - Pengendalian diri dalam hal nafsu dan hubungan seksual, berfokus pada disiplin spiritual.
- Satya - Kebenaran, selalu berbicara dan bertindak sesuai dengan kebenaran.
- Awyawaharika - Tidak melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, serta menjaga etika dalam interaksi sosial.
- Asteya - Tidak mencuri atau mengambil sesuatu yang bukan haknya, hidup dengan cara yang jujur dan adil.
Konflik Kekerasan dan "Sad Ripu" (Enam Godaan)
Gandhi percaya bahwa dalam menjalani kehidupan ini, manusia akan menghadapi banyak godaan dan konflik batin. Salah satu doktrin utama yang ia ajarkan adalah tentang "Sad Ripu" atau enam godaan yang mengganggu ketenangan batin dan dapat menjerumuskan seseorang ke dalam tindakan kekerasan. Keenam godaan ini adalah:
- Keserakahan (Lobha) - Keinginan berlebihan untuk memiliki atau memperoleh, yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan kekerasan atau ketidakadilan.
- Amarah (Krodha) - Emosi marah yang dapat membuat seseorang kehilangan kontrol diri dan bertindak dengan kekerasan.
- Kemabukan (Moha) - Ketidaksadaran atau kebingungannya pikiran yang menyebabkan pengabaian terhadap kebenaran dan kedamaian.
- Kebimbangan (Samsaya) - Keraguan yang berlebihan yang merusak keputusan yang tepat dan dapat menciptakan kekacauan batin.
- Iri Hati (Matsarya) - Perasaan dengki atau cemburu terhadap orang lain yang bisa mendorong perilaku tidak adil atau keinginan untuk menyakiti orang lain.
- Egoisme (Ahankara) - Rasa diri yang berlebihan atau keakuan yang memperburuk hubungan dengan orang lain dan mengarah pada tindakan kekerasan.
Bagi Gandhi, Ahimsa adalah cara untuk mengatasi dan mengendalikan godaan-godaan ini. Dengan menginternalisasi Ahimsa, seseorang akan mampu mengendalikan rasa keserakahan, amarah, dan kebimbangan, serta menghindari perbuatan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Â