Mohon tunggu...
Widia Winata Putri
Widia Winata Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI SI AKUNTANSI | NIM 43223010201

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kebatinan Mangkunegaran IV pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

22 November 2024   04:12 Diperbarui: 22 November 2024   04:12 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 4 TB-2 Anti Korupsi dan Etik UMB/dokpri

Tiga Martabat Manusia adalah tiga prinsip utama yang menggambarkan kualitas luhur yang harus dicapai oleh setiap individu dalam perjalanan hidupnya. Ketiga prinsip ini saling berkaitan dan saling melengkapi untuk mencapai kedudukan yang terhormat dalam masyarakat dan kehidupan. Berikut adalah penjelasan tentang masing-masing martabat:

1. Wiryo (Keluhuran)

  • Wiryo merujuk pada keluhuran, kehormatan, atau kemuliaan karakter. Martabat ini berfokus pada aspek moral dan spiritual seorang manusia. Seseorang yang memiliki Wiryo berarti memiliki sifat luhur, memiliki integritas, serta menghargai nilai-nilai kebaikan, kejujuran, dan keadilan. Wiryo menekankan pada pengembangan diri untuk menjadi pribadi yang mulia, yang dihormati oleh sesama karena perbuatan dan akhlaknya.

2. Arto (Kekayaan)

  • Arto berarti kekayaan, baik itu dalam bentuk materi maupun dalam bentuk sumber daya yang bermanfaat untuk hidup. Namun, kekayaan dalam konteks ini tidak hanya sebatas harta atau uang, tetapi lebih luas lagi---kekayaan dalam aspek pemanfaatan sumber daya yang ada untuk kepentingan bersama, kemakmuran, dan kebaikan sosial. Arto mengajarkan bahwa memiliki kekayaan harus disertai dengan rasa tanggung jawab, bukan untuk kesombongan atau keserakahan, tetapi sebagai sarana untuk membantu orang lain dan mencapai kesejahteraan bersama.

3. Winasis (Ilmu Pengetahuan)

  • Winasis merujuk pada ilmu pengetahuan atau kebijaksanaan. Ini tidak hanya berarti pengetahuan akademis atau teknis, tetapi juga kebijaksanaan hidup, kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan membuat keputusan yang bijak dalam setiap aspek kehidupan. Winasis meliputi pengetahuan tentang dunia, tentang diri sendiri, dan tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan alam semesta. Seseorang yang memiliki Winasis mampu memberikan solusi dalam permasalahan hidup dan menjadi sumber inspirasi dan pengajaran bagi orang lain.

Gambar 10 TB-2 Anti Korupsi dan Etik UMB/dokpri
Gambar 10 TB-2 Anti Korupsi dan Etik UMB/dokpri

Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai beberapa poin penting terkait pentingnya spiritualitas dalam kehidupan, khususnya yang berkaitan dengan kesadaran batin dan upaya untuk menjaga keseimbangan hidup melalui tirakat, meditasi, dan kesungguhan dalam doa.

1. Waktu Longgar Dimanfaatkan untuk Kebaikan: Membatinkan Jiwa, Puasa, Ngaji, Tirakat

  • Waktu longgar yang dimiliki oleh setiap individu harus dimanfaatkan untuk kegiatan yang bisa memperkaya jiwa dan batin. Dalam tradisi spiritual Jawa, istilah "membatinkan jiwa" merujuk pada upaya untuk membersihkan hati dan pikiran dari hal-hal yang mengganggu ketenangan batin. Ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti puasa, mengaji (membaca kitab suci atau teks-teks keagamaan), atau melaksanakan tirakat (usaha atau latihan spiritual yang bertujuan untuk mencapai kesucian dan kebijaksanaan).
  • Puasa dan tirakat tidak hanya sebatas menahan lapar atau melakukan hal-hal tertentu sebagai bentuk pengorbanan, tetapi lebih kepada latihan untuk mengendalikan diri dan menumbuhkan kedamaian dalam jiwa. Dalam pandangan spiritualitas, puasa atau tirakat juga merupakan bentuk penyucian diri, di mana seseorang menghindari nafsu duniawi dan berfokus pada pencapaian spiritual.
  • Ngaji, yang berarti membaca kitab suci atau teks-teks yang membawa pencerahan, adalah sarana untuk membatinkan jiwa dan menggali lebih dalam ajaran hidup yang lebih tinggi. Membaca dan memahami ajaran-ajaran tersebut bisa membantu seseorang menemukan tujuan hidup yang lebih mulia dan mengarahkannya pada kebijaksanaan.

2. Menjaga Batin, Mengurangi Pergaulan yang Tidak Penting

  • Menjaga batin berarti menjaga kedamaian hati dan pikiran, serta menghindari segala hal yang dapat merusak ketenangan jiwa. Salah satu cara untuk menjaga batin adalah dengan mengurangi pergaulan yang tidak penting atau yang hanya membawa dampak negatif bagi kehidupan seseorang. Ini mengajarkan pentingnya berhati-hati dalam memilih lingkungan sosial, serta menghindari percakapan atau kegiatan yang dapat menggoyahkan keyakinan dan kedamaian batin.
  • Pergaulan yang tidak sehat atau tidak memberikan manfaat positif bagi perkembangan jiwa dapat menjadi sumber dari kerisauan, kesedihan, dan kebingungannya hati. Oleh karena itu, penting untuk menyaring dengan bijaksana siapa yang ada di sekitar kita, menghindari pergaulan yang hanya berfokus pada hal-hal duniawi yang sia-sia.

3. Membaca, Belajar, dan Hal-Hal yang Prihatin: Pernahkah Kita Berdoa dengan Sunguh-Sungguh?

  • Aspek membaca, belajar, dan mempedulikan hal-hal yang prihatin adalah bagian integral dari kehidupan spiritual. Membaca dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada membaca buku atau teks keagamaan, tetapi juga mencakup belajar untuk memahami realitas hidup dan bertindak sesuai dengan kebijaksanaan yang ditemukan dalam proses tersebut. Di samping itu, doa yang sungguh-sungguh juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan spiritual, di mana doa bukan sekadar rutinitas tetapi sebuah cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan penuh keyakinan dan ketulusan.
  • Membaca teks-teks yang membawa pencerahan adalah cara untuk memperkaya diri dengan pengetahuan dan kebijaksanaan yang dapat membantu seseorang dalam menjalani hidup. Dalam tradisi spiritual Jawa, banyak orang yang membaca kitab-kitab kuno, mantra, atau ajaran spiritual untuk menemukan pencerahan.
  • Berdoa dengan sungguh-sungguh adalah bentuk komunikasi dengan Tuhan yang tidak hanya berupa kata-kata, tetapi juga disertai dengan ketulusan hati dan niat untuk melakukan perubahan dalam hidup.

Gambar 11 TB-2 Anti Korupsi dan Etik UMB/dokpri
Gambar 11 TB-2 Anti Korupsi dan Etik UMB/dokpri

Lakon Wayang dalam "Serat Tripama/Tripomo": Tiga Ksatria Keteladanan Utama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun