Mohon tunggu...
Widian Rienanda Ali
Widian Rienanda Ali Mohon Tunggu... Administrasi - Kuli Proyek

Andai mengangkasa tidak semudah berkhianat, pasti akan lebih banyak kisah kebaikan yang dapat ditorehkan dan dilaporkan kepada Tuhan untuk menunda datangnya kiamat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Krisis, Harapan, dan Disrupsi: Panduan Konyol untuk Menghadapi Kacau Balau Dunia

29 Agustus 2024   14:56 Diperbarui: 29 Agustus 2024   15:00 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenyataannya adalah bahwa darurat iklim adalah jenis krisis yang salah

Kategori ketiga dari perubahan yang cepat dan transformatif adalah dalam konteks revolusi, yang sering kali mengarah pada perubahan dramatis dalam sistem politik. Sebagai contoh, selama perang saudara di akhir tahun 1940-an dan setelah Revolusi Tiongkok pada tahun 1949, Partai Komunis Tiongkok melaksanakan program redistribusi tanah yang radikal. Mereka menyita tanah pertanian dari tuan tanah yang kaya dan membagikannya kepada jutaan petani miskin, menciptakan perubahan struktural yang mendalam dalam masyarakat.

Demikian pula, Revolusi Kuba tahun 1959 memberikan kesempatan bagi rezim Fidel Castro untuk meluncurkan Kampanye Literasi Nasional Kuba. Pada awal tahun 1961, lebih dari seperempat juta relawan, termasuk 100.000 anak muda dan lebih dari setengahnya perempuan, dikerahkan untuk mengajarkan membaca dan menulis kepada 700.000 warga Kuba. Program ini terbukti sangat sukses; dalam waktu satu tahun, angka buta huruf nasional menurun dari 24 persen menjadi hanya 4 persen. Terlepas dari pandangan yang berbeda tentang pemerintahan Castro, tidak dapat dipungkiri bahwa revolusi dapat memicu perubahan radikal yang signifikan.

Ketiga konteks ini---perang, bencana, dan revolusi---membantu menjelaskan mengapa pemerintah sering gagal mengambil tindakan yang memadai terhadap krisis seperti perubahan iklim. Krisis iklim tidak memenuhi kategori ini. Ia tidak seperti perang, di mana musuh eksternal dapat diidentifikasi dengan jelas. Ia juga tidak muncul setelah momen revolusioner yang dapat menginspirasi perubahan transformatif. Selain itu, krisis iklim tidak menyerupai bencana seperti banjir Belanda tahun 1953, di mana tindakan diambil setelah bencana terjadi. Sebaliknya, krisis iklim memerlukan tindakan pencegahan sebelum bencana besar terjadi, dan kita harus bergerak lebih awal untuk menghindari melewati titik kritis perubahan yang tidak dapat diubah. Pencegahan, bukan pengobatan, adalah satu-satunya pilihan yang aman.

Apakah ini berarti harapan pemerintah untuk bertindak cepat dalam menghadapi krisis ekologis atau ancaman eksistensial lainnya sangat kecil? Apakah kita memang ditakdirkan untuk melihat peradaban kita hancur alih-alih berhasil bertahan? Untungnya, ada satu konteks krisis tambahan yang bisa memicu perubahan kebijakan radikal: disrupsi.

Ketika saya mengatakan "disrupsi," saya merujuk pada momen ketidakstabilan sistem yang membuka peluang untuk transformasi cepat. Disrupsi ini sering kali muncul dari kombinasi tiga faktor yang saling terkait: semacam krisis (meskipun tidak sebesar perang, revolusi, atau bencana besar), yang digabungkan dengan gerakan sosial yang mengganggu dan ide-ide visioner. Ketiga elemen ini menyatu dalam model yang saya sebut Disruption Nexus (lihat grafik).

Dengan model ini, kita dapat memahami bagaimana ketidakstabilan dapat menciptakan peluang untuk perubahan radikal. Jadi, meskipun krisis besar mungkin tampak menakutkan, disrupsi mungkin justru membawa harapan untuk pergeseran yang positif dan transformatif.

Sumber: Roman Krzanic, History for Tomorrow, 2024
Sumber: Roman Krzanic, History for Tomorrow, 2024

Mari kita mulai dengan sudut atas dari diagram segitiga yang diberi label 'krisis'. Model ini didasarkan pada pemahaman bahwa banyak krisis---seperti krisis keuangan 2008 atau kekeringan baru-baru ini di Spanyol---jarang cukup untuk mendorong perubahan kebijakan yang cepat dan signifikan, sebagaimana halnya dengan perang. Sebaliknya, bukti historis menunjukkan bahwa krisis kemungkinan besar akan menghasilkan perubahan substantif jika dua faktor lain juga hadir secara bersamaan: gerakan sosial dan gagasan inovatif.

Pertemuan umum dan pamflet tidak cukup untuk mempengaruhi lobi pemilik budak yang kuat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun