Mohon tunggu...
Widian Rienanda Ali
Widian Rienanda Ali Mohon Tunggu... Administrasi - Kuli Proyek

Andai mengangkasa tidak semudah berkhianat, pasti akan lebih banyak kisah kebaikan yang dapat ditorehkan dan dilaporkan kepada Tuhan untuk menunda datangnya kiamat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ketika Ilmuwan dan Sejarawan Ngobrol: Menjahit Ulang Kisah yang Terbengkalai

29 Agustus 2024   12:08 Diperbarui: 29 Agustus 2024   12:11 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini tidak hanya berlaku untuk sains di era jet, tetapi juga untuk sains dan keilmuan pra-modern di banyak bagian dunia, yang menunjukkan mobilitas luar biasa dari orang dan ide melintasi lautan dan benua. Membingkai sains dalam sejarah satu negara-bangsa---atau bahkan dalam satu budaya, bahasa, atau agama---sama menyesatkannya untuk abad ke-13 seperti halnya untuk abad ke-21. Semua sejarawan dapat mengambil manfaat dari perspektif kosmopolitan yang telah lama menjadi ciri khas sains.

Para sejarawan sering kali menegaskan bahwa apa yang dianggap biasa saat ini tidak boleh diproyeksikan ke masa lalu. Namun, benar juga bahwa melihat ke belakang dapat sangat bermanfaat, dan bahwa pengalaman saat ini dapat memberikan wawasan baru tentang aspek-aspek masa lalu yang sebelumnya terabaikan. Terkadang, sudut-sudut gelap yang baru tersinari dapat mengubah lanskap sejarah yang sebelumnya dikenal. Gerakan sosial pada paruh kedua abad ke-20 mengilhami munculnya berbagai jenis sejarah baru: sejarah pekerja, sejarah perempuan, dan sejarah kaum minoritas yang terpinggirkan. 

Dalam banyak kasus, pengetahuan yang luar biasa ini telah memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan kompleks tentang revolusi politik, industrialisasi, dan imperialisme, untuk menyebut beberapa contoh saja. 

Demikian pula, para sejarawan sains memiliki banyak hal yang dapat dipelajari dari pengalaman ilmuwan saat ini---bukan karena analogi yang mudah dapat ditarik antara masa lalu dan sains kontemporer (analogi semacam itu biasanya dangkal). Sebaliknya, apa yang terjadi saat ini dapat memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru tentang masa lalu. 

Sebagai contoh, metode big data telah mengingatkan para sejarawan tentang koleksi data historis yang sangat besar, mulai dari pengamatan astrometeorologi Babilonia kuno (beberapa di antaranya masih dikutip dalam Five Millennium Canon of Lunar Eclipses milik NASA: -1999 hingga +3000) hingga catatan harian cuaca yang dibuat oleh para kapten kapal abad ke-19 (sumber yang berharga untuk melacak perubahan iklim). 

Sebaliknya, para sejarawan yang menyelidiki dampak episode iklim seperti Zaman Es Kecil, yang berlangsung dari sekitar tahun 1300 hingga 1850, telah sangat diuntungkan dari data ilmiah seperti lebar lingkaran pohon, yang dapat dihubungkan secara andal dengan suhu rata-rata tahunan.

 Para ilmuwan menuduh para sejarawan dengan bodoh dan jahat merongrong otoritas ilmiah 

Pertimbangkan proyek Ordered Universe, sebuah inisiatif kolaboratif yang melibatkan ilmuwan dan sejarawan, serta filsuf, seniman, pendidik, dan lainnya. Proyek ini berfokus pada karya ilmiah luar biasa dari polymath abad ke-13, Robert Grosseteste (sekitar 1170-1253). Salah satu pencapaiannya adalah menunjukkan bagaimana fisika modern dapat membantu menafsirkan karya-karya abad pertengahan tentang optik dan metode eksperimental. Dengan demikian, memandang sejarah sains masa lalu dalam konteks sains masa kini dapat memperluas pemahaman kita, bukan hanya mendistorsi.

Karena dialog antara ilmuwan dan sejarawan sains akan menguntungkan kedua belah pihak, mengapa percakapan ini jarang terjadi? Sejarah memberikan beberapa wawasan. Selama hampir dua abad, peningkatan spesialisasi dalam sains telah menghambat arus informasi antara sains dan humaniora (dan juga di antara disiplin ilmu sains itu sendiri). 

Pada tahun 1834, William Whewell, seorang ilmuwan dan sejarawan yang berpengetahuan luas, mengungkapkan kekhawatirannya tentang "pembagian sains menjadi bagian-bagian yang sangat kecil." Menurutnya, sains adalah "sebuah kekaisaran besar yang hancur berkeping-keping." Pandangan suram ini mendorong Whewell untuk menciptakan istilah "scientist" atau "ilmuwan" dengan harapan dapat memberikan kesatuan kolegial pada disiplin ilmu yang semakin terpecah-pecah. 

Secara keseluruhan, istilah baru ini telah menjadi kesuksesan yang luar biasa. "Ilmuwan" kini menjadi sebutan yang langsung dikenali, menyiratkan komunitas profesional yang berwibawa yang berkomitmen pada "metode ilmiah" yang terbukti dan dapat diandalkan. Lebih dari itu, profesi ilmuwan merupakan profesi yang cukup bergengsi dan secara konsisten dianggap sebagai salah satu profesi yang paling dapat dipercaya oleh masyarakat umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun