Salah satu pengalaman perjalanan wisata yang berkesan bagi saya adalah kegiatan wisata ke Kampung Naga, Tasikmalaya, Jawa Barat. Saat itu, momen kegiatan wisata di SMK merupakan suatu hal yang sangat dinantikan sebelum pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) dan sebuah perjalanan wisata yang rutin diselenggarakan setiap tahunnya.Â
Kegiatan kegiatan wisata di tahun terakhir tepatnya pada 19 September 2019 menciptakan banyak kenangan dan pengalaman baru yang saya dapatkan selama 2 hari berada di Kampung Naga. Destinasi wisata yang kami kunjungi ini adalah desa yang terkenal dengan rumah tradisional, kesederhanaan, kesopanan, dan masyarakat setempat yang menjaga keselarasan lingkungan.
Perjalanan dari Jakarta menuju lokasi tujuan memerlukan waktu sekitar 5 jam menggunakan bus pariwisata dengan jarak 239 km. Lama perjalanan tersebut sudah termasuk pemberhentian di rest area dan makan siang di sebuah restoran daerah Garut.Â
Kami tiba di Kampung Naga pukul 13.00 dan langsung melakukan briefing atau mendengarkan arahan dari local tour guide di area plataran Kampung Naga. Setelah kurang lebih 20 menit, kami pun bergegas menuju pemukiman warga yang dijadikan sebagai tempat penginapan selama disana.Â
Saya ingat dimana kesan pertama saya memasuki akses jalan kesana terasa seperti berada di hutan dengan pohon-pohon tinggi besar. Tidak lama kemudian, terdapat tangga sebanyak 444 anak tangga yang menjadi jalur utama menuju rumah warga.Â
Dapat dibayangkan, jumlah anak tangga tersebut berliku-liku dengan jarak antar anak tangga yang tidak tentu. Hal itu cukup menguras waktu dan tenaga mengingat perlu kehati-hatian saat melewati jalur yang cukup ekstrim.
Rasa lelah setelah menyusuri ratusan anak tangga pun terasa hilang seketika saat melihat indahnya pemandangan sawah dan suara derasnya arus sungai. Kata "wow" merupakan satu kata yang berulang kali saya ucapkan setiap kali melihat sisi demi sisi di wilayah tersebut.Â
Suasana berbeda yang belum pernah saya temui sebelumnya sehingga hanya rasa takjub yang saya rasakan kala itu. Bahkan, saya sampai membayangkan apakah mungkin saya dapat merasa betah dan nyaman jika tinggal disana.Â
Di hari pertama, kegiatan awal yang dilakukan adalah mendengar sambutan dari Kepala Suku di sebuah bangunan serba guna. Bangunan tersebut juga dikenal sebagai "Balai Desa" yang kerap digunakan warga untuk berkumpul dan melakukan kegiatan lainnya.Â