Lama saling adu argumen dan saling menyampaikan pendapatnya, sampai kemudian ada solusi untuk menyampaikan bantuan kemanusiaan kepada warga di Kedung Ombo yang masih bertahan di waduk, dari aparat tidak mengijinkan dengan menggunakan kendaraan dari rombongan, tetapi harus dengan kendaraan yang disediakan aparat.Â
Tidak tahu persis bagaimana isi negosiasinya yang jelas saya dan rekan-rekan lain dikomando untuk memasuki kendaraan angkot kecil yang jumlahnya cukup banyak yang tiba-tiba sudah berada di sekitar halaman kodim Boyolali siap mengangkut rombongan demonstran menuju  waduk Kedung Ombo. Tidak tahu juga tiba-tiba banyak lelaki berpakaian preman menuntuni kami menuju kendaraan angkot yang sudah parkir siap membawa kami ke waduk Kedung Ombo.
Masuk di kendaraan angkot berjalan ke arah yang tentu saya tidak begitu mengetahuinya, rombongan berputar-putar menuju entah kemana yang konon katanya mau dibawa ke lokasi penduduk yang masih bertahan di Kedung Ombo. Tetapi benar juga dugaan kami, iring-iringan angkot yang membawa mahasiswa berhenti di sebuah pasar tradisional yang saya tidak tahu ini pasar dimana kampung mana.Â
Yang jelas, kami semua disuruh turun kemudian diminta mengisi daftar nama dan dari kampus mana. Tidak tahu, yang jelas hampir semua mengisi daftar itu. Kemudian  lama kami merasa bengong, tiba-tiba ada permintaan agar rombongan tidak masuk ke lokasi waduk dan cukup sampai di pasar ini. Bantuan akomodasi yang mau diberikan supaya ditinggal di lokasi ini dan petugas keamanan lah yang akan mengantarkannya. Â
Karena tidak ada kesepakatan, akhirnya rombongan memutuskan untuk membawa kembali bantuan ke kampus dan akan kembali disampaikan tetapi melalui kantor gubernuran Jawa Tengah sambil berorasi dihari berikutnya dengan jumlah mahasiswa yang lebih besar.Â
Dan seperti sudah menjadi kesepakatan para mahasiswa untuk kembali  menyampaikan aspirasi, di kantor gubernuran itu pun aksi solidaritas warga di Kedung Ombo disampaikan. Namun kali ini lebih tenang dan tidak segenting sewaktu di Kedung Ombo Boyolali hari sebelumnya. Namun tetap saja intel-intel berkeliling mengitari kita-kita sambil menenteng kamera jeprat sana jepret sini mengambil setiap sudut aksi mahasiswa dalam menyampaikan aspirasinya.
Itulah sedikit cuplikan cerita jaman ketika saya turut demo di masa orde baru. Terima kasih kompasiana sudah memberikan tempat bagi saya untuk sedikit berbagi. Semoga bermanfaat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H