Mohon tunggu...
Widia Astuti
Widia Astuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Widia Astuti, saja juga memiliki hobi bernyanyi, nonton K-drama. Saya juga sedikit intovert jika bersama orang baru atau bersama orang yang tidak begitu dekat dengan saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pulang Dengan Penyesalan

12 Januari 2025   22:30 Diperbarui: 12 Januari 2025   22:30 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku adalah andre laki-laki yang di hidup di perantauan sebatang kara di jakarta. Sudah 14 tahun saya merantau dan tidak pernah pulang ke kampung halaman, dan selama 14 tahun tidak pernah komunikasi sama keluaraga bahkan saya tidak tahu keadaan keluarga saya. Kenapa saya tidak pernah berkomunikasi sama orang tua atau keluarga saya? Karna saya tidak punya alat komunikasi apapun untuk menghubungi mereka. Saya hidup sebatang kara yang lontang-lantung tampa tujuan.

Selama saya merantau saya selalu mehindar dari orang yang mengenal saya, dan itu adalah salah satu penyesalan saya. Pada saat itu saya tidak ingin bertemu dengan orang-orang yang mengenal saya, dan sebelum berangakat merantau saya sudah menanamkan pada diri saya " saya ingin pergi dari kampung ini dan menghilang dan kembali dengan kesuksesan" dan saat bertemu dengan orang kampung yang juga merantau di kota ini saya akan menyapa dia dan mengobrol seperti pada umumnya, dan keesokan harinya saya akan mengehilang dari dia dan tidak berkerja lagi di lingkungan itu. Kenapa kamu seperti itu? Alasanya karena saya belum berhasil mendapatkan kerjaan yang layak dan itu alasannya tidak mau bertemu dengan orang yang menggenal saya.

Setiap hari yang saya lalui begitu berat, tapi saya selalu menikmati proses ini, selalu berdoa untuk orang tua saya walaupun rindu menyelimuti tubuh ini setiap harinya. Sudah beberapa tahun berlalu, akhirnya saya dapat menghubungi keluarga saya, pada saat itu saya dikasih rezeki dan menyisihkan untuk membeli ponsel, saya berbicara sama ibu saya walaupun jaringan terputus-putus saya begitu senang bisa mendengar suara ibu saya pada pesan suara yang terdengar di ponsel itu ibu berbicara:

ibu : " haloo ini kamu nak? Sambil terpatah-patah

andre :"iyaa buu ini aku andre" yang berusaha tegar

ibu: sambil berlinang air mata "bagaimana nakk sehat kamu disanaa"

andre: Alhamdulillah sehat buu, ibu juga sehatkan"

ibu : Alhamdulillah ibu sehat, kampan kamu pulang nak"

andre : "nanti buu saya pulang" dan pensan itu tiba-tiba terputuss

Setelah panggilan terputus ibupun berusaha menelfon kembali saat saya mengangkatnya setiap kata yang ibu ucapkan terputus-putus dan ternyata ponselnya rusak sayapun tersadar kalau kemarin ponselnya masuk kedalam bak air dan juga jaringan ibu sepertinya sedang tidak bagus. Hari-hari berlalu saya menjual ponsel saya karena masalah keuangan saya yang menipis karena saya berhenti di tempat kerja saya. Saya tak tau harus nyari kerja kemana lagi dan bahkan saya tak tau harus tinggal dimana. Saya tidak ingin berhenti sebenarnya dari tempat kerja saya yang lama tapi di perhentikan, karena yang punya usaha bangkrut dan semua tenaga kerja di perhentikan.

Setiap hari yang saya jalani begitu berat saya kehilangan arah tampa tujuan dan bahkan saya tak tau harus tinggal dimana besok harus makan apa?. Pada akhirnya saya tidur di masjid, di teras rumah orang-orang. Sudah beberapa tahun tak ada memberikan kabar pada keluarga saya, sayapun tidak tahu harus menghubungi siapa dan dimana saya dapat menghubungi keluarga saya, dan bahkan hp saja saya tidak punya nomor hp keluarga saja saya tidak ingat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun