Mohon tunggu...
Widhi Wedhaswara
Widhi Wedhaswara Mohon Tunggu... Konsultan - Wakil Ketua DPP Hanura bidang Seni dan Budaya

Ketika Budaya dan Teknologi Bersinergi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Spiritual Awakening, Mati Sebelum Mati Ala Jawa

19 November 2024   08:37 Diperbarui: 19 November 2024   09:10 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

6. "Memayu Hayuning Buwana" dan Keseimbangan Alam

Konsep "memayu hayuning buwana" yang berarti "memelihara keindahan dunia" adalah pengingat bahwa perjalanan spiritual kita juga berkaitan dengan menjaga keseimbangan antara diri kita dan alam semesta. Dalam kajian psikologi ekologi, ini berkaitan dengan bagaimana kita memandang hubungan kita dengan alam. Pencerahan spiritual mengajarkan kita untuk tidak hanya menjaga keharmonisan dalam diri, tetapi juga menjaga keseimbangan dengan lingkungan sekitar, mengingat bahwa kita adalah bagian dari ekosistem yang lebih besar (Gergen, 2009).

Kaitan antara Kearifan Lokal dan Spiritual Awakening

Secara keseluruhan, kalimat-kalimat yang berasal dari kearifan lokal ini mengajarkan bahwa spiritual awakening bukanlah perjalanan individu yang terisolasi, melainkan sebuah proses yang melibatkan pemahaman mendalam terhadap kehidupan, diri sendiri, dan hubungan dengan dunia luar. Dalam konteks sosial-budaya, nilai-nilai ini sangat penting untuk membentuk individu yang tidak hanya fokus pada pencapaian pribadi, tetapi juga berkontribusi pada keharmonisan sosial dan ekologis. Pencerahan spiritual, dalam arti yang lebih luas, mengajarkan kita untuk menemukan keseimbangan, makna, dan tujuan hidup, baik dalam aspek pribadi maupun kolektif. 

Spiritual awakening, jika dilihat dari perspektif sosial-budaya, bukan hanya tentang perjalanan individu menuju pencerahan pribadi, tetapi juga bagaimana individu tersebut berinteraksi dengan masyarakat dan dunia di sekitarnya. Filosofi-filosofi dalam tradisi Jawa seperti "Mati Sajroning Urip, Urip Sajroning Mati" dan "Topo Tengah Pasar" mengajarkan kita untuk hidup dengan kesadaran penuh, melepaskan ketergantungan pada duniawi, dan tetap tenang meskipun di tengah tantangan hidup. Ini adalah inti dari mindfulness dan kesadaran yang semakin diakui dalam psikologi modern.

Di sisi lain, konsep "Manunggaling Kawulo Gusti" dan "Sangkan Paraning Dumadi" menunjukkan bahwa spiritual awakening juga berkaitan dengan pencarian makna hidup yang lebih dalam, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk keseluruhan umat manusia. Konsep ini sangat mirip dengan pencarian aktualisasi diri dalam psikologi humanistik dan eksistensialis.

Akhirnya, "Urip Iku Urup" dan "Memayu Hayuning Buwana" mengingatkan kita bahwa pencerahan spiritual tidak hanya membuat kita lebih baik secara pribadi, tetapi juga membawa dampak positif bagi masyarakat dan alam sekitar. Pencerahan sejati adalah ketika kita dapat memberikan manfaat bagi orang lain dan menjaga keharmonisan alam semesta.

Dengan memahami spiritual awakening dari berbagai perspektif ini, kita bisa lebih menghargai bahwa pencarian makna hidup adalah perjalanan yang tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kesejahteraan bersama. Pencerahan ini mengajarkan kita untuk menemukan keseimbangan antara kehidupan fisik, sosial, dan spiritual---sesuatu yang semakin penting dalam dunia yang serba cepat dan penuh tantangan ini.

Referensi:

  1. Frankl, V. E. (1946). Man's Search for Meaning. Beacon Press.
  2. Kabat-Zinn, J. (1990). Full Catastrophe Living: Using the Wisdom of Your Body and Mind to Face Stress, Pain, and Illness. Delta.
  3. Gergen, K. J. (2009). Relational Being: Beyond Self and Community. Oxford University Press.
  4. Maslow, A. H. (1943). A Theory of Human Motivation. Psychological Review.
  5. Seligman, M. E. P. (2011). Flourish: A Visionary New Understanding of Happiness and Well-being. Free Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun