Mohon tunggu...
Widhi Setyo Putro
Widhi Setyo Putro Mohon Tunggu... Sejarawan - Arsiparis di Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan ANRI

Menyukai sejarah khususnya yang berhubungan dengan Sukarno “Let us dare to read, think, speak, and write” -John Adams

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ganefo: Olimpiade Tandingan ala Presiden Sukarno

16 Februari 2023   16:56 Diperbarui: 16 Februari 2023   17:04 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara Pembukaan Ganefo I di Stadion Gelora Bung Karno. 10 Nopember 1963. Sumber: ANRI, Kempen JKT63 - 14092

Saya berkata, maksud kami mengadakan Ganefo, tidak untuk mengadakan pengacauan. Justru kami mengadakan bersama-sama dengan bangsa-bangsa lain satu susunan dunia baru, a new world order of peace and harmony, of the brotherhood of man, persahabatan umat manusia, persahabatan bangsa-bangsa.

Di atas adalah potongan pidato Presiden Sukarno pada pembukaan Markas Besar Games of New Emerging Forces (Ganefo) I di Senayan, 4 November 1963 (ANRI, Pidato Presiden Sukarno No. 539). Ketika itu Presiden Sukarno dituduh sebagai pengacau karena menyelenggarakan Ganefo yang pertama kali. 

"Excellency, you are again a troublemaker. Dituduh saya ini menjadi pengacau...

saya tanya, kenapa saya dinamakan lagi troublemaker?

Ya, kenapa Paduka Yang Mulia mengadakan Ganefo? kan sudah baik ada Olympic Games?

Ide Ganefo muncul ketika pelaksanaan Asian Games IV di Jakarta. Pada pesta olahraga Asia tahun 1962 tersebut, wakil delegasi dari India membuat usulan untuk tidak mengakui Asian Games IV yang tengah berlangsung. Alasannya karena Indonesia melanggar konstitusi Asian Games Federation (AGF) dengan tidak memberikan visa kepada atlet dari Taiwan dan Israel.

Baca juga: Ketika Presiden Sukarno Menolak Atlet Taiwan dan Israel di Asian Games IV 

Peristiwa tersebut membuat Presiden Sukarno mengambil langkah tegas dengan memerintahkan membentuk game baru di antara negara-negara The New Emerging Forces (Nefos). Ia menyatakan di Istana Merdeka pada 3 September 1962 antara lain:

Kalau demikian pandangan dan sikap sebagian besar daripada anggota AGF yang mewakili 13 negara yang ikut serta mendatangani keputusan KAA Bandung, maka Asian Games tidak mencerminkan semangat Bandung yang sebenarnya. Kita harus mengadakan Asian Games, atau lebik baik games di antara negara-negara The New Emerging Forces (Suara Merdeka, 7 November 1963).

Presiden Sukarno menjelaskan secara langsung dalam pidatonya, bahwa tujuan Ganefo adalah untuk menggalang seluruh tenaga The New Emerging forces dalam suatu kekuatan yang hebat untuk membuat sejarah baru di abad ini. Kekuatan tersebut bukan hanya di bidang politik tetapi juga di bidang budaya dan olahraga (Suara Merdeka, 9 November 1963).

Ganefo I

Disebut sebagai Ganefo I, karena pada kongres Dewan Ganefo tanggal 23 November 1963, diputuskan untuk mengadakan Ganefo II di Kairo, Mesir (Merdeka, 25 November 1963). Seluruh persiapan mulai dari mobilisasi negara peserta, pengerahan potensi nasional, penyelenggaran pertandingan, pembentukan tim Indonesia dan perencanaan anggaran diatur oleh panitia pelaksanaan yang disebut dengan Komite Nasional Ganefo 1963, yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden Sukarno sesuai Keputusan Presiden No. 74 tahun 1963.

Upacara Pembukaan Ganefo I di Stadion Gelora Bung Karno. 10 Nopember 1963. Sumber: ANRI, Kempen JKT63 - 14092
Upacara Pembukaan Ganefo I di Stadion Gelora Bung Karno. 10 Nopember 1963. Sumber: ANRI, Kempen JKT63 - 14092

Ganefo I diselenggarakan mulai 10 November 1963 hingga 22 November 1963. Ajang olahraga ini diikuti sekitar 2.700 atlet dari 51 negara yang terdiri dari: Afganistan, Albania, Arab Palestina, Aljazair, Argentina, Arab Saudi, Belgia, Burma, Brazilia, Bolivia, Bulgaria, Chili, Ceylon (Srilangka), Jepang, Dominika, Finlandia, Guinea, Hongaria, Irak, Italia, Yugoslavia, Kamboja, Kuba, Laos, Libanon, Mali, Maroko, Meksiko, Mongolia, Thailand, Nederland, Nigeria, Pakistan, Perancis, Filipina, Polandia, Republik Persatuan Arab (RPA), Jerman Timur, Vietnam Utara, Korea Utara, Rumania, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Senegal, Syria, Somalia, Cekoslavakia, Tunisia, Uni Soviet, Uruguay, Venezuela, dan Indonesia sebagai tuan rumah (Merdeka, 12 November 1963). Ikut sertanya Belanda dalam Ganefo I, menurut pihak Belanda bertujuan untuk memperbaiki hubungan dengan Indonesia. (Merdeka, 12 November 1963).

Selama berlangsungnya Ganefo I dalam 12 hari, hasil sepuluh besar yang dicapai dari negara-negara peserta adalah sebagai berikut: RRT 569 medali, Indonesia 215 medali, Uni Soviet 207 medali, RPA 176 medali, Korea 134 medali, Jepang 64 medali, Argentina 29 medali, Kamboja 27 medali, Pakistan 21 medali dan Polandia 20 medali (Merdeka, 25 November 1963).

Usaha Menggagalkan

Ketika pelaksanaannya, International Sport Federation yang dipelopori oleh International Olympic Committee (IOC) dengan berbagai cara berusaha untuk menggagalkan Ganefo I. Salah satu langkahnya  yaitu dengan mengancam untuk menskors negara yang turut serta dalam Ganefo I dari organisasi mereka. Dengan demikian tidak ada kesempatan bagi mereka untuk mengikuti Olimpiade. Ancaman tersebut menjadi kenyataan ketika IOC mengeluarkan kebijakan untuk melarang atlet yang pernah tampil di Ganefo I untuk bisa bertanding pada Olympiade Tokyo 1964.

Tindakan nyata dilakukan oleh  Federasi Tinju Amatir Asia yang melarang para petinju untuk tampil dalam kejuaraan tinju se-Asia I di Bangkok jika mereka mengikuti Ganefo I di Jakarta. Keputusan tersebut atas dasar perintah dari Persatuan Tinju Internasional (Merdeka, 16 November 1963).

Presiden Sukarno sendiri dalam pidatonya pada pembukaan Markas Besar Ganefo I di Senayan, 4 November 1963 menyampaikan perintah dengan tegas:

Ganefo adalah kehendak sejarah, tetapi sudah barang tentu Ganefo menghadapi rintangan-rintangan, bahkan usaha-usaha untuk menggagalkan.. maka saya perintahkan dengan tegas kepada semua alat Republik Indonesia untuk menyelamatkan Ganefo ini, untuk menggagalkan penggagalan daripada Ganefo ini. Sebab saudara-saudara, kita punya semboyan ialah "onward, no retreat". Ya, Marilah kita "onward, no retreat!" Selamatkan Ganefo!

Benar saja, negara-negara peserta Ganefo I tidak terlalu menggubris ancaman tersebut, mereka lebih memilih berpartisipasi dalam Ganefo I sebagai wujud solidaritas antar negara-negara The Old Established Forces (Oldefos). Meskipun demikan, untuk menghindari kesulitan dari ancaman IOC, panitia Ganefo I menetapkan bahwa pengiriman atlet dapat berasal dari pemerintah, organisasi masyarakat seperti organisasi olahraga, pemuda, buruh dan sebagainya. Akibat dari kebijakan tersebut, negara-negara peserta mengirimkan atlet 'kelas dua' artinya bukan atlet profesional untuk mengikuti Ganefo I.

Ancaman Terhadap Olimpiade

Pada akhirnya, Ganefo I dapat digambarkan sebagai suatu kemenangan dalam bidang olahraga dan politik. Ganefo I juga sejalan dengan ide politik luar negeri Presiden Sukarno untuk membangun tatanan dunia baru yang bersih dari kolonialisme dan imperialisme terutama di bidang olahraga. 

Keberhasilan Ganefo I juga dapat kita lihat dari sisi banyaknya jumlah peserta yang mengikuti. Hal ini kemudian diangkat dalam harian Jerman Barat Die Wahrheit dan Bremer Nachrichten, kedua harian tersebut menulis tentang kesuksesan Ganefo I merupakan ancaman bagi IOC dan Olimpiade. Ganefo juga dianggap sebagai jawaban langsung dari Indonesia, setelah mendapat skorsing dari IOC dan tidak diperkenankan mengikuti Olimpiade Tokyo 1964 (Merdeka,  21 November 1963).

Gambaran Ganefo I sebagai saingan Olimpiade secara tidak langsung dilontarkan Presiden Sukarno pada 16 Oktober 1962, ia mengatakan:

...dan apabila garis ini kita teruskan maka Ganefo sama dengan to build the Olympic Games a new. Penyelenggara Ganefo dalam konstelasi keolahragaan dunia sekarang ini tidak bisa tidak harus bergerak di wilayah operasi dan kewenangan IOC yang menguasai Olympic Games...

Ganefo Bubar

Pada kenyataannya Ganefo tidak pernah benar-benar menggantikan Olimpiade. Ganefo hanya berlangsung dua kali, yaitu setelah di Indonesia kemudian di Kairo pada tahun 1966. Itupun hanya diikuti 17 negara yang tadinya 51 negara. Ganefo III direncanakan diadakan di Beijing, Tiongkok. Namun Beijing membatalkan niatnya dan diserahkan ke Pyongyang, Korea Utara. Ganefo III tidak pernah diadakan dan kemudian bubar. Tentu saja hal ini dikarenakan konstelasi politik yang berubah, termasuk di Indonesia dengan lengsernya Presiden Sukarno. Tetapi bagaimanapun juga, Presiden Sukarno pernah membuat takut IOC dan mengancam keberlangsungan Olimpiade.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun