Ancaman Terhadap Olimpiade
Pada akhirnya, Ganefo I dapat digambarkan sebagai suatu kemenangan dalam bidang olahraga dan politik. Ganefo I juga sejalan dengan ide politik luar negeri Presiden Sukarno untuk membangun tatanan dunia baru yang bersih dari kolonialisme dan imperialisme terutama di bidang olahraga.
Keberhasilan Ganefo I juga dapat kita lihat dari sisi banyaknya jumlah peserta yang mengikuti. Hal ini kemudian diangkat dalam harian Jerman Barat Die Wahrheit dan Bremer Nachrichten, kedua harian tersebut menulis tentang kesuksesan Ganefo I merupakan ancaman bagi IOC dan Olimpiade. Ganefo juga dianggap sebagai jawaban langsung dari Indonesia, setelah mendapat skorsing dari IOC dan tidak diperkenankan mengikuti Olimpiade Tokyo 1964 (Merdeka, 21 November 1963).
Gambaran Ganefo I sebagai saingan Olimpiade secara tidak langsung dilontarkan Presiden Sukarno pada 16 Oktober 1962, ia mengatakan:
...dan apabila garis ini kita teruskan maka Ganefo sama dengan to build the Olympic Games a new. Penyelenggara Ganefo dalam konstelasi keolahragaan dunia sekarang ini tidak bisa tidak harus bergerak di wilayah operasi dan kewenangan IOC yang menguasai Olympic Games...
Ganefo Bubar
Pada kenyataannya Ganefo tidak pernah benar-benar menggantikan Olimpiade. Ganefo hanya berlangsung dua kali, yaitu setelah di Indonesia kemudian di Kairo pada tahun 1966. Itupun hanya diikuti 17 negara yang tadinya 51 negara. Ganefo III direncanakan diadakan di Beijing, Tiongkok. Namun Beijing membatalkan niatnya dan diserahkan ke Pyongyang, Korea Utara. Ganefo III tidak pernah diadakan dan kemudian bubar. Tentu saja hal ini dikarenakan konstelasi politik yang berubah, termasuk di Indonesia dengan lengsernya Presiden Sukarno. Tetapi bagaimanapun juga, Presiden Sukarno pernah membuat takut IOC dan mengancam keberlangsungan Olimpiade.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H