Mohon tunggu...
Widhi Setyo Putro
Widhi Setyo Putro Mohon Tunggu... Sejarawan - Arsiparis di Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan ANRI

Menyukai sejarah khususnya yang berhubungan dengan Sukarno “Let us dare to read, think, speak, and write” -John Adams

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

6 Pidato Presiden Sukarno yang Monumental

1 Oktober 2022   01:48 Diperbarui: 1 Oktober 2022   02:04 1328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pidato ini, Sukarno juga menggelorakan rasa nasionalisme dan semangat revolusi untuk melakukan perubahan sampai ke akar-akarnya. 

Sukarno ketika persidangan di Gedung Landraad Bandung tahun 1930 (Sumber: ANRI, SKR No. 737)
Sukarno ketika persidangan di Gedung Landraad Bandung tahun 1930 (Sumber: ANRI, SKR No. 737)

2. Pidato di Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), 1 Juni 1945

Perumusan dasar negara Indonesia mulai dibicarakan pada masa persidangan pertama BPUPK (29 Mei – 1 Juni 1945). BPUPK sendiri dibentuk pemerintah pendudukan Jepang pada 29 April 1945, menyusul pernyataan Perdana Menteri Jepang Kuniaki Koiso pada 7 September 1944, yang memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia. Tugas BPUPK hanyalah melakukan usaha-usaha penyelidikan kemerdekaan.

Sukarno dalam pidatonya pada 1 Juni 1945 menyampaikan ide dasar negara yaitu kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau peri-kemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, ketuhanan yang berkebudayaan. 

Kelima prinsip itu disebut Sukarno dengan Panca Sila. “Sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi.”

Terkait kebangsaan Indonesia, Sukarno mengatakan bahwa: 

"Kebangsaan yang kita anjurkan bukan kebangsaan yang menyendiri, bukan chauvinisme yang menganggap bangsa lain tidak ada harganya dan meremehkan bangsa lain. Kita jangan berdiri di atas asas demikian, kita harus menuju persatuan dunia, persaudaraan dunia."

Khusus Internasionalisme atau peri-kemanusiaan, menurut Sukarno kebangsaan yang kita anjurkan bukan kebangsaan yang menyendiri, bukan chauvinis, kita harus menuju persatuan dunia, persaudaraan dunia. Kita bukan saja harus mendirikan negara Indonesia merdeka, tetapi kita harus menuju pula kepada kekeluargaan bangsa-bangsa.

"Internasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak berakar di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat subur kalau tidak hidup dalam taman sarinya internasionalisme. Kedua prinsip tersebut saling bergandeng erat. " 

Sukarno sedang berpidato di depan peserta sidang BPUPK pada 1 Juni 1945. (Sumber: ANRI, NIGIS Jakarta No. 367)
Sukarno sedang berpidato di depan peserta sidang BPUPK pada 1 Juni 1945. (Sumber: ANRI, NIGIS Jakarta No. 367)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun