4. Pidato di Muka Sidang Bersama Kongres Amerika Serikat, Washington DC, 17 Mei 1956
Sukarno mengunjungi Amerika Serikat pada Tahun 1956. Setelah bertemu Presiden Eisenhower di Gedung Putih pada hari pertama kunjungan, keesokan harinya Presiden Sukarno berpidato di depan kongres Amerika Serikat.
Selain majelis kongres, juga hadir para kepala misi diplomatik di Washington, anggota Mahkamah Agung, dan anggota kabinet Amerika Serikat. Pidato yang berlangsung di gedung Capitol tersebut mendapat sambutan yang luar biasa. Sebanyak 25 kali tepukan tangan terdengar sepanjang pidato yang berlangsung selama 50 menit.
Dalam kesempatan itu, Presiden Sukarno menjelaskan tentang Pancasila, juga tentang nasionalisme bangsa Asia-Afrika dan usaha perjuangan merebut Irian Barat.
"Bagi kami nasionalisme berarti pembangunan kembali bangsa-bangsa kami, nasionalisme berarti usaha untuk memberikan kehormatan yang sama bagi rakyat-rakyat kami, nasionalisme berarti ketetapan hati untuk memegang masa yang akan datang di dalam tangan kami sendiri. Mungkin nasionalisme suatu doktrin yang usang bagi banyak orang di dunia ini, tetapi kami dari Asia dan Afrika, nasionalisme adalah pendorong usaha-usaha kami."
"Kestabilan di Asia tidak dapat digantikan dengan bantuan militer. Hal yang demikian hanya akan membuat negeri-negeri yang menerimanya lebih bergantung pada Amerika, dan sebagai akibat daripadanya nilai mereka sebagai sekutu dalam pergulatan dunia ke arah kemerdekaan, perdamaian dan kemakmuran akan turun."
5. Pidato di Sidang Umum PBB Ke-15, New York 30 September 1960
Di depan Sidang Umum PBB ke-15, Sukarno menyampaikan pidatonya yang berjudul To Build the World Anew (Membangun Dunia Kembali). Setidaknya ada enam poin utama isi pidato Sukarno di New York pada 30 September 1960 tersebut.
Pertama, kerisauan terhadap keadaan dunia yang kurang aman, kurang adil, kurang bersahabat dan kurang sejahtera. Kedua, demi keadilan imperialisme di dunia harus dihentikan.