Mohon tunggu...
Widhi Satya
Widhi Satya Mohon Tunggu... -

[nihil]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ada Kail di 20 Mei 2010

20 Mei 2010   03:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:06 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ada kail di 20 Mei 2010.
...

***

Ada kail, tentu ada umpan. Ada umpan, tentu ada yang dipancing. Ada yang dipancing, tentu ada yang memancing. Ada yang memancing, tentu ada maksud dan tujuan, mengapa ia memancing?

...

***

Berawal dari sebuah jejaring sosial yang kemudian menjadi fenomena. Menjamur dimana-mana. Dari mulai balita sampai orang tua menjadi penggilanya. Tak kurang, merata dari kota sampai pelosok desa. Facebook namanya.

Siapa yang tak kenal jejaring sosial ini? Sebuah situs yang bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi, bisa membuat karyawan berkurang produktivitas kerjanya, membuat rumah tangga retak dan tak lagi saling percaya, memicu dua pihak menjadi berselisih karenanya.

Tapi di sisi lain, dapat meningkatkan dan memperluas market share serta relasi, mempererat ukhuwah juga menjalin tali silaturahmi.

***

Sebuah event diselenggarakan pada 20 Mei 2010. Tak sedikit pula yang menghadirinya. Terakhir kulihat 12.000 orang mengkonfirmasi will attending. Event tersebut, sangat berbau provokasi. Tak perlulah kusebut nama event selengkapnya. Cukup tengok saja, karena telah santer beritanya.

Sebagai informasi, ini bukan yang pertama kali. Hal serupa pernah terjadi sebelumnya. Hanya subjeknya saja yang berbeda. Sama seperti (euforia) sekarang. Boikot diteriakkan dimana-mana.

Boikot dan teriakan ganyang tersebut, apa walhasil? Seperti telah kuduga sebelumnya. Tak ada tindakan apa-apa dari pihak admin. Yang kuingat hanyalah ‘patriotisme’ cerdas sekelompok hacker Perancis yang kemudian mengakhiri fitnah provokatif tersebut.
...

***

Yang pasti, seperti telah kusebutkan di awal. Terdapat korelasi antara kail, umpan, ikan, dan pemancing.
Kita (muslim wa muslimah) diibaratkan ikan dalam kolam yang sedang dipancing. Tentu saja dengan harapan umpan tersebut, dimakan (apalagi mentah-mentah).

***

Terdapat tiga jenis ikan. Yang pertama adalah ikan yang tertarik oleh umpan karena memiliki tujuan tersembunyi. Umpan itu, diibaratkannya sebagai popularitas. Penekanan identitas. Kesemuanya, tak lebih hanya sekedar riya.

Yang kedua adalah ikan yang tertarik oleh umpan karena keluguan. Umpan itu, dihampirinya hanya karena ia terpanggil oleh kebutuhan. Tersulut, murni karena patriotisme nurani. Kesemuanya, tak beroleh apa-apa.

Yang ketiga adalah ikan yang sama sekali tak tertarik oleh umpan. Ia tak acuh karena berpaham bahwa ‘tak ada kemudahan meskipun untuk mendapat makanan’. Karena itulah, ia terus bergerak tak hirau dengan umpan-umpan di sekitarnya.

***

Berhati-hatilah. Umpan itu, bisa berbagai rupa. Dan yang pasti, maksud dan tujuannya sangatlah berbahaya.

***

Termasuk ikan yang manakah Anda?

Yang pasti, aku bahkan tak sudi disamakan dengan ikan.

***

Rasulullah saw tak menghendaki kita, menjadi pengikut yang haus akan amarah, dan gatal akan serapah. Sebaliknya, sebagai ummat yang memiliki akhlakul hasanah serta berpegang teguh pada Alquran dan sunnah.

***

Dari Anas bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Berjihadlah melawan kaum musyrikin dengan hartamu, jiwamu dan lidahmu." (Riwayat Ahmad dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Hakim.)


***

Sun manembah kanthi obah jumangkah/ tandha sumarah/ dudu apal donga lan pinter cadhong tadhah.
(Aku menyembah dengan gerak dan langkah/tanda pasrah/bukan hafal doa dan pintar menadahkan tangan)


Nuwun...
Widhi Satya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun