Mohon tunggu...
Widhi Satya
Widhi Satya Mohon Tunggu... -

[nihil]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Melamunkan Lamunan

16 April 2010   04:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:46 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_119613" align="aligncenter" width="300" caption="Self Talk..."][/caption]

"Kausuka melamun?"

"Pernah. Tapi ga sering"

"Aku tanya, kau suka melamun?"

"mmm ..."




***
Melamun adalah kegiatan melayangkan pikiran, mengembarakan angan angan, yang dilakukan dalam keadaan diam, serta ditandai dengan pandangan mata kosong menerawang.

***

Melamun sering dianggap tabu, pekerjaan pemalas, bad habbit, serta berbagai macam konotasi negatif lainnya.


***

"Hey... Jawab jujur. Kau suka melamun?"

"..."


***
Apa yang salah dengan melamun? Memang, melamun itu nikmat... Melamun itu nyaman, karena dalam melamun terdapat kebebasan.

Kebebasan yang diproyeksikan dalam suatu dimensi yang bersifat privasi.

Dalam dimensi kebebasan tersebut, terdapat Kebebasan 'anti' realita, kebebasan 'menuhankan diri'. Yang, jika tak diimbangi kontrol emosi dan jiwa yang mapan, akan menjadi candu yang 'mematikan'.

Beberapa orang memanfaatkan (bukan berarti menyalahgunakan) fasilitas Tuhan yang satu ini untuk hal-hal absurd (seperti nglojor = nglamunin jorok, ngayal, etc).

Tapi, tak sedikit juga hal-hal besar, terobosan fenomenal, penemuan inspirasional, berawal dari dan diproses dalam lamunan.

Mereka yang demikian, telah menguasai dimensi pikiran, dan memanfaatkannya dengan maksimal untuk sebuah proses kreatif.

***

Dalam lamunan, terdapat peristirahatan sejenak dari segala kekalutan, realita pahit dan menyakitkan serta permasalahan yang memenatkan.


Dalam lamunan, terdapat 'keamanan' yang dapat mengkonversi hal-hal memalukan menjadi tawa penuh kejujuran.


Dalam lamunan, terdapat 'laboratorium' yang berisi kumpulan ide dan ensiklopedia ingatan, melebur dalam 'cawan' renungan yang kesemuanya bereaksi satu sama lain dalam sebuah proses kreatif.


***


Lamunan jika dikuasai dan difungsikan dengan semestinya, menjadi 'asset' yang memiliki nilai guna (bahkan ekonomi)

Manfaatkan..

Jangan jadikan lamunan hanya sebagai 'pelarian' yang kenikmatan magisnya dapat memasung tubuh dan melenakan kesadaran, larut dalam putaran jarum jam yang kecepatannya menjadi berkali lipat dari sewajarnya.


***

"Jadi... Kau suka melamun?"


Offline Note


Aku ingin...

Aku berharap...

Dalam setiap lamunanku...

Ada Engkau...

Dalam setiap diamku...

Nama-Mu tetap terucap dari bibirku...

Istiqomahkan aku...

Ya...

Rabbku...

*)sumber gambar disini, disini, disini, disini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun