Lastri terpaku lama, berdiri, menatap buih di kejauhan.
Ia ulurkan tangannya.
Jemarinya menggenggam simpul pangkal.
“Apakah kamu yakin..” suara itu kembali bertanya dalam kepalanya.
Lastri membuka genggamannya.
Simpulnya jatuh, berenang-renang.
Matanya basah.
Telepon Lastri berdering. Prama.
“Tri... sudah lebih tenang? Jenazah Haris dibawa ke Jakarta besok.”
Port of Eden.
Haris memilih tempat yang indah untuk lepas.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!