Lembar harimu laksana cahaya
Tertutup kabut emosi
Menebar butir cinta
Tertutup pamrih hati
Wajahmu pertiwi
Serupa debu debu prasangka
Tak lagi seindah pelangi
Merah darah menyala menahan duka
Ingin kutebus dengan segenap jiwa
Namun tercabut mata hati
Lantas apa arti cinta
Tanpa iringan tangan Ilahi
Kau begitu kuat pertiwi
Kau bayar lunas amarah dengan cinta
Karena kasih milik semua hati
yang ingin dicinta
Kasih sejatinya
Menjadi kuat saat menyayangi
kasih sejatinya
Menjadi lemah saat menyakiti
Biarlah kita renda cinta ini pertiwi
Agar tak lagi hilang makna
Agar tumbuh kasih hati
Mengikis nestapa
Hingga nanti suatu masa
Lembaran itu tiba di penghujung hari
Senyum bahagia
Kutemukan diwajahmu pertiwi
note: puisi disertakan dalam lomba puisi "kado untuk Indonesia" dan lolos dalam 100 naskah terpilih yang dibukukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H