Pernahkah terpikir kebijakan ekonomi apakah yang diambil Perdana Menteri Inggris yang baru, Rishi Sunak hingga membuatnya mendapat dukungan dari parlemen dan memenangkan "suara" atas mantan bosnya (Boris Johnson)?Â
Gambar 1. PM Inggris Baru, Rishi Sunak di depan Downing Street no.10 London
Sumber: AP Alistair Grant Photo
Kebijakan ekonomi yang dilakukan Rishi di masa pandemi bertentangan dengan atasannya yang kemudian menyebabkannya memilih mundur dari posisi kedua di parlemen Inggris. Â
Namun, setelah ia mundur dari parlemen justru dukungan parlemen kepada atasannya justru menurun karena kebijakan Borris dinilai tidak tepat dalam mengatasi krisis yang dialami Inggris di masa pandemi tersebut.
Kebijakan ekonomi yang diambil Rishi Sunak dan bertentangan dengan bosnya antara lain menyelamatkan pelaku usaha dan pekerja selama pandemi dengan memberikan subsidi kepada mereka yang terdampak COVID. Kebijakan ekonomi ini sebenarnya bisa dikatakan mirip dengan Indonesia yang memberikan subsidi bantuan bagi pelaku usaha dan pengurangan pajak bagi pekerja sektor tertentu.Â
Pada masa pandemi memang Inggris mengalami resesi yang parah hingga menyebabkan pengangguran meningkat mencapai dua kali lipat dibandingkan sebelumnya, bahkan mencapai angka pengangguran tertinggi sejak tahun 1980-an.Â
Total belanja negara yang dikeluarkan oleh Inggris untuk program tersebut mencapai 70 miliar poundsterling. Ia juga mengeluarkan kebijakan "eat out to help out" yaitu kampanye makan diluar untuk mendorong UMKM utamanya di sector makanan agar tetap tumbuh dan berkembang di masa pandemi.
Permasalahan ekonomi yang dihadapi Inggris juga cukup kompleks: tingkat suku bunga obligasi yang tinggi, credit rating yang buruk, dan tingginya inflasi. Survei dari Badan Statistik Nasional Inggris (Office of National Statistics, 2022) melaporkan bahwa 93% masyarakat mengatakan biaya hidup mereka meningkat dibandingkan dengan tahun lalu, sementara 80% orang dewasa melaporkan biaya hidup mereka meningkat selama sebulan terakhir. Alasan utama yang dilaporkan adalah kenaikan harga makanan (92%), tagihan gas atau listrik (78%) dan harga bahan bakar (46%).Â
Bahkan, menurut data survei 12 dan 23 Oktober 2022, sekitar 2% orang dewasa menggunakan dukungan dari badan amal (termasuk food bank atau bank makanan) karena kenaikan biaya hidup, sementara itu 63% menggunakan lebih sedikit energi di rumah mereka karena meningkatnya biaya tagihan listrik. Tingginya tingkat suku bunga juga menyebabkan kekhawatiran pada 70% orang yang memiliki cicilan rumah dengan tingkat suku bunga variable dibandingkan dengan 52% orang dewasa dengan tingkat hipotek tetap.
Berbagai permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh pemerintah Inggris saat ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Rishi. Untuk itu ia menggunakan beberapa formula kebijakan ekonomi untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi yang kompleks.Â