Jumat pagi yang cerah. Peserta didik SMPN 66 Jakarta duduk rapi di halaman sekolah. Mereka mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Saya diundang untuk memberikan tausiyah. Di depan pintu masuk sekolah mereka menyambut saya dengan ramah.
"Assalamu'alaikum wr wb."
"Wa'alaikumussalam wr wb." Jawab mereka serentak
"Selamat datang di sekolah kami Ustadz." Sapa beberapa anak yang berdiri di pintu gerbang sekolah
"Terimakasih, ini sekolah yang bagus beruntung kalian bersekolah di sini."
"Gitarnya boleh saya bawakan Ustadz."
"Iya, silakan terimakasih."
"Wayangnya biar saya yang bawa Ustadz."
"Wah kalian anak-anak yang baik, jadi ringan nih bawaan."
Sesaat kemudian Pak Eko dan Bu Siti Rohmah menyambutku. Aku diarahkan menuju ruang kepala sekolah. Sementara di lapangan acara terus beberjalan.
"Silakan dicicipi roti dan jeruknya Ustadz." Kata kepala sekolah
"Alhamdulillah, terimakasih Bu."
Setelah berbincang-bincang dengan Ibu Meisyafora, M.Pd selaku Kepala SMPN 66 dan beberapa teman guru saya dipersilakan naik panggung. Petikan gitar mengalun pelan. Saya mengajak peserta didik menyanyikan lagu Pesan Ayah dan Ibu.
Jangan lupa-janganlah lupa
Kita baca basmalah
Sebagai tanda diawalinya
Perbuatan yang baik
Reff:
Ingat slalu pesan ibumu
Ingat pesan ayahmu
Bismillahirrahmanirrahim
Harus dibaca slalu (3X)
Ratusan peserta didik tampak gembira hal ini tampak dari senyum dan raut wajahnya. Saya melanjutkannya dengan bercerita.
"Dikeheningan malam yang dingin seorang
anak seusia kalian, Hasan namanya sedang shalat tahajud. Ia tak lupa mendoakan ayah dan ibunya. Selesai berdoa ia bangkit dari tempat shalatnya. Tiba-tia ia mendengar suara tanpa wujud.
"Aduh celaka, aku sungguh celaka."
"Apa yang membuatmu celaka setan kurus?"
"Aku ini diminta menggoda umat Muhammad tetapi aku tak mampu karena setiap saat ia mengucapkan basmalah.
"Kamu sendiri bagaimana setan gemuk?"
"Aku diminta menggoda umat Muhammad, tapi ia tak pernah mengucapkan basmalah sehingga dengan mudah aku dapat menggodanya."
Setelah bercerita saya mengajak peserta didik memaknai cerita tersebut. Suasana berubah seru. Satu demi satu peserta didik melontarkan pendapatnya. Intinya untuk memiliki akhlak yang baik adalah dimulai dengan hal yang sederhana yaitu  senantiasa melafazkan basmalah setiap akan memulai
pekerjaan dan mengakhirinya dengan ucapan hamdalah.
Setelah suasana kembali tenang saya mengajak mereka mengucapkan ayat 4 surah Al Qolam sambil melakukan gerakan. Wa innaka (kepala menengok ke kanan kemudian kembali ke arah depan), la'alaa khuluqin ( kepala menengok ke kiri kemudian kembali ke arah depan), 'azhiim (menundukkan kepala). Pelan tapi pasti peserta didik dapat melakukannya. Sesaat kemudian saya mengartikan ayat tersebut dengan berbagai kisah nyata. Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur." Inti dari ayat ini adalah pengakuan dari Allah SWT bahwa Nabi Muhammad memiliki pribadi yang luhur. Untuk menjadi pelajar yang baik maka karakter ini hendaknya diteladani. Yaitu pelajar yang berbudi pekerti luhur.
"Apakah kalian paham?"
"Paham Ustadz." Jawab peserta didik serentak
Tidak lengkap rasanya memperingati maulid nabi tanpa mengisahkan suka duka perjuangan beliau. Agar peserta didik semua bisa memahami dengan mudah saya mengajak mereka menyenandungkan risalah Nabi Muhammad karya Habib Syech berikut.
Rohatil athyaru tasydu bilayalil maulidi
Wa bariqunnu riyabdu min ma'ani Ahmadi
Rohatil athyaru tasydu bilayalil maulidi
Wa bariqunnu riyabdu min ma'aani Ahmadi
Wa bariqunnu riyabdu min ma'aani Ahmadi
Bilayalil maulidi
Suasana semakin meriah karena semua yang hadir larut mengikuti irama lagu yang penuh makna ini.
"Siap dilanjutkan?"
"Siap."
Abdullah nama ayahnya, Aminah ibundanya
Abdul Muthalib kakeknya, Abu Thalib pamannya
Khadijah istri setia, Fatimah putri tercinta
Semua bernasab mulia, dari Quraisy ternama
Inilah kisah Sang Rasul, yang penuh suka duka
Inilah kisah Sang Rasul, yang penuh suka duka
Oh penuh suka duka, oh penuh suka duka
Hingga bait terakhir peserta didik, guru dan karyawan SMPN 66 menyanyikan risalah tersebut bersama-sama
"Bagaimana perasaaan kalian?"
"Senang Ustadz."
"Bahagia." Teriak yang lain
"Apa makna yang terkandung dalam lirik bait-bait tadi?"
"Perjalanan hidup Nabi Muhammad, Ustadz."
"Perjuangan Rasulullah, Ustadz."
"Suka-duka perjuangan Nabi Muhammad, Ustadz."
"Kegigihan Nabi Muhammad, Ustadz."
"Iya-iya, semuanya benar. Sebagai pelajar kalian harus memiliki karakter gigih tidak boleh loyo, tidak boleh mudah putus asa, setuju?"
"Setuju."
"Siap setuju."
"Nah, begitu seharusnya."
Pada kesempatan tersebut saya memperlihatkan alat untuk bermain hajar aswad untuk membangun karakter gotong royong sesuai dengan salah satu profil pelajar Pancasila dalam kurikukum merdeka.
"Anak-anak ini adalah alat untuk memperagakan cara meletakkan hajar awsad, Insyaa Allah suatu saat kita mainkan dalam kegiagan LDKS."
Sesi berikutnya saya bercerita dengan media wayang tentang pentingnya bersyukur. Dua wayang menggambarkan sosok Si Botak dan Si Belang dan satu wayang menggambarkan sosok Si Buta. Â Kisah yang bersumber dsri Kitab Sahih Bukhori-Muslim ini sangat disukai anak-anak.
Si Botak dan Si Belang tadinya amat miskin kemudian Allah memberikan kekayaan berlimpah tetapi sayang keduanya tidak mau bersedekah maka Allah mengembalikan keduanya pada keadaan semula yaitu kembali miskin. Sedangkan Si Buta senang bersedekah maka Allah meridoi dan melipatgandakan kekayaannya.
Bagaimana cerita tadi?"
"Asyik."
"Menarik, Ustadz."
"Siapa yang ingin mengikuti jejak Si Botak dan Si Belang?" Tak satu pun anak yang menjawab maupun mengangkat tangan
"Siapa yang ingin meniru Si Buta?"
"Saya." Jawab peserta didik serentak sambil mengangkat tangan.
"Alhamdulillah, semoga kita semua termasuk yang senang bersedekah walaupun hanya dengan senyuman."
Semoga di kemudian hari peserta didik SMPN 66 Jakarta dapat meneladani karakter mulia Nabi Muhammad SAW. Amiin, Amiin YRA.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI