Alkisah di suatu kompleks perumahan, terdapat sebuah masjid. Masjid tersebut besar dan indah. Masjid yang besar dan indah tersebut baru saja melakukan regenerasi pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM). Pengurus DKM dipilih oleh warga atau tepatnya perwakilan warga dari setiap RT. Dalam pemilihan tersebut Pak Suto terpilih secara aklamasi sebagai ketua DKM. Maka sejak saat itu Pak Suto resmi menjadi ketua umum DKM. Pada saat itu juga Pak Suto sudah mempunyai wakil. Sebutlah sebagai wakil ketua yaitu Pak Noyo. Sebagai ketua terpilih Pak Suto mengusulkan agar ada majelis syuro yang akan mengawasi kinerja timnya.
Pak Suto juga meminta pendapat kepada Pak Noyo terkait  orang-orang yang bersedia dan layak menjadi bendahara dan sekretaris masjid. Dengan perdebatan yang panjang kali lebar kali luas kali tinggi dan perjuangan yang penuh onak dan duri Pak Suto dan Pak Noyo berhasil mendapatkan jamaah yang bersedia menjadi bendahara dan sekretaris. Bendahara dipercayakan kepada Pak Dadap sedangkan sekretaris dipercayakan kepada Pak Waru. Kini lengkaplah susunan inti  pengurus DKM pimpinan Pak Suto.
Selang beberapa hari Pak Suto mengajak kumpul teman-teman pengurus tersebut ngobrol, lebih tepatnya sih rapat kecil. Namanya juga pengurus masjid tentu rapatnya di masjid bukan di mall. Untuk mengadakan rapat tersebut Pak Suto memilih di emperan masjid karena pandangan mata lebih leluasa menikmati indahnya malam dan udara lebih  segar.
"Pak rapatnya kok di luar?" Tanya jamaah
"Iya Bu, lagi pada pengin ngangin."
"Lha bukannya punya ruang DKM yang bagus?"
"Nggak apa-apa Bu cuma berempat ini."
Rapat membahas seksi-seksi sebagai kelengkapan suatu organisasi berlangsung seru. Pak Waru sebagai sekretaris berkali-kali mencoret-coret kertas HVS yang tadinya putih bersih kini tak karuan kotornya.
"Bapak-bapak kok masih rapat di luar?" Tanya seorang jamaah
"Iya nggak apa-apa." Jawab mereka serentak
"Ntar masuk angin nyusahin istri lho." Canda jamaah lainnya