Mohon tunggu...
Widadi Muslim
Widadi Muslim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang energik, atraktif dan murah senyum. Motivator dan penulis buku kependidikan. Juara kedua kompetisi edukasi Anlene Hidup Penuh Makna. Saat ini mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 164 Jakarta Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Alami sebelum Menamai

26 Januari 2023   15:25 Diperbarui: 26 Januari 2023   15:28 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Murid mengkomunikasikan kembali hasil dari membaca artikel. (Foto: Dokumentasi sekolah)

Kamis pagi, pukul 06.30-07.00 WIB berlangsung pembiasaan literasi di sekolah tempat Saskia belajar. Pembiasaan literasi diadakan di halaman sekolah. Kombinasi karpet tebal warna merah, terpal warna biru, dan perak serta  bekas spanduk warna putih dihamparkan oleh pengurus OSIS menutupi seluruh permukaan konblok warna warni sejak pukul 06.00 WIB.

Pak Muchtar memberikan komando dari ruang guru yang berada di lantai 3 menggunakan speaker yang dipancarluaskan ke seluruh lingkungan sekolah. Puluhan guru membimbing dan mengarahkan ratusan murid menempati posisi yang sudah ditentukan. Pak Bambang Irawan (security sekolah) memastikan speaker berfungsi maksimal. Bu Titi, Bu Ifah (guru BK) berjibaku membimbing beberapa murid yang terlambat datang untuk menaruh tas sekolahnya di lorong masuk pintu utama.

Pak Jono berdiri di atas panggung mengkondisikan  suasana. Semua anak disiapkan untuk berdiri dengan sikap sempurna. Sesaat kemudian, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan  3 stanza. Suara speaker menggelegar membakar jiwa. Lirik-lirik indah lagu kebangsaan tersebut mengalun membangkitkan  semangat nasionalisme. Rasa persatuan menyelubungi seluruh insan yang hadir di tempat itu. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya selesai dinyanyikan, semua murid diminta duduk kembali.

Bu Elly menghampiri Pak Jono. Beliau memberi salam kepada seluruh murid  kemudian menyapa dan mengajak mereka  melakukan tepuk semangat. Tepuk tangan dan sorakan gembira bergemuruh menggetarkan halaman sekolah menggugurkan bunga-bunga bougenvil warna pink, merah dan putih.

Bu Elly mundur tiga langkah dari mikrofon. Pak Jono bergeser ke kiri kemudian maju satu langkah berdiri tepat di depan mikrofon.

"Anak-anak ikuti kata yang saya ucapkan ya."

"Iya Pak."

"Experience." (semua murid mengikuti)

"Before Label." (semua murid mengikuti)

Mari kita terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

"Alami." (semua murid mengikuti)

"Sebelum menamai." (semua murid mengikuti)

Kalimat yang baru saja kita ucapkan tadi merupakan satu dari lima prinsip pembelajaran quantum. Buku Quantum Learning, Quantum Teaching merupakan karya Bobbi de Porter yang sangat baik dibaca dan dipraktikkan para guru untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

"Alami sebelum Menamai." Maksudnya adalah di dalam proses pembelajaran atau menuntut ilmu sebaiknya kita melakukan praktik terlebih dahulu baru kemudian memberikan nama atau bercerita. Dengan demikian apa yang kita ucapkan, apa yang kita tuliskan dan apa yang kita ceritakan menjadi lebih bermakna. Nah, literasi hari ini terkait dengan hal tersebut.

Dua minggu yang lalu kalian sudah praktik membuat pupuk kompos, kegiatan tersebut sudah pak guru tulis artikelnya di Kompasiana. Yang harus kalian lakukan sekarang adalah membaca artikel tersebut kemudian membuat pertanyaan dengan acuan "ADIKSIMBA."

Contoh pertama, dengan menggunakan kata ganti tanya "apa." Kalian boleh juga ditambahkan partikel "kah" sehingga menjadi, ”Apakah judul artikel tersebut?” Jawabannya adalah Cara Membuat Pupuk Kompos.

Contoh kedua dengan menggunakan kata ganti tanya "di mana." Contoh soalnya, "Di manakah kegiatan tersebut berlangsung?" Jawabannya adalah di SMPN 164 Jakarta Selatan.

Contoh ketiga, menggunakan kata ganti "kapan." Contoh soalnya, "Kapankah kegiatan tersebut terjadi?" Jawabannya adalah pada hari Kamis waktu pagi hari.

Contoh keempat, menggunakan kata gantai tanya "siapa." Contoh soalnya, "Siapa saja orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut?" Jawabannya adalah para guru, karyawan, dan semua murid di sekolah tersebut.

Contoh kelima, menggunakan kata ganti tanya "mengapa." Cotoh soalnya, "Mengapa kegiatan tersebut dilakukan?" Kegiatan tersebut dilakukan agar murid-murid mengerti tentang cara membuat pupuk kompos.

Contoh keenam, menggunakan kata ganti tanya "bagaimana." Contoh soalnya, "Bagaimana kegiatan tersebut berlangsung?" Jawabannya adalah kegiatan tersebut berlangsung seru, menyenangkan dan bermakna.

"Apakah ada yang perlu pak guru jelaskan lagi?"

"Sudah sangat jekas, Pak."

"Kalau begitu silakan mulai mengerjakan. Sepuluh menit waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tugas literasi ini."

Anak-anak sibuk mengerjakan literasi membaca dan menulis. Ada yang mengerjakan di buku tulis, ada juga yang langsung di HP. Namun demikian masih ada juga anak yang tidak membawa buku tulis  dan tidak membawa HP. Terhadap anak-anak ini kepala sekolah meminta agar para wali kelas mencatat nama-namanya untuk ditindaklanjuti.

Sepuluh menit telah berlalu. Pak Jono meminta murid-murid mengkomunikasikan pekerjaannya di atas panggung. Sesaat kemudian tampil 5 anak (Dira Saskia Nabila Laila, Zahra Khairunnisa, Muhammad Faiz, Resya, dan Mona)  secara bergantian dengan penuh percaya diri mengkomunikasikan hasil dari menganalisis artikel dimaksud.

Lima murid secara bergantian mengkomunikasikan kembali hasil dari membaca artikel Kompasiana. (Foto: Dokumentasi sekolah)
Lima murid secara bergantian mengkomunikasikan kembali hasil dari membaca artikel Kompasiana. (Foto: Dokumentasi sekolah)

Saskia dapat mengkomunikasikan isi artikel cara membuat pupuk kompos dengan sangat baik. Muhammad Faiz dapat menjelaskan orang-orang yang menyukseskan kegiatan tersebut dengan tepat. Zahra Khairunnisa dapat menceritakan proses dan suasana hati orang-orang pada saat kegiatan tersebut. Resya dapat membuat dan menjelaskan "Adiksimba" yang dikaitkan dengan artikel dengan rinci dan tepat. Mona dapat mengkaitkan manfaat pupuk kompos dalam kehidupan sehari-hari.

Keberanian kelima anak tampil di atas panggung untuk mempresentasikan hasil kerjanya terkait literasi mengusik rasa bangga Pak Jono. Beliau memberikan reward kepada kelima anak tersebut berupa paket data agar lebih semangat membaca artikel, buku dan yang lainnya.

Jam dinding menunjuk pada angka 07.00 WIB, pembiasaan literasi pun berakhir. Pak Jono mengakhiri dengan pesan-pesan. "Hasil literasi kalian saat ini tentu belum sempurna, mohon disempurnakan di rumah kemudian  segera dikumpulkan untuk ditempel pada majalah dinding sekolah."

Sementara itu Ibu Hj. Hamidah Tri Sulistyarini, M.Pd selaku kepala sekolah mengapresiasi kegiatan tersebut karena telah berjalan dengan lancar dan tertib.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun