Rabu siang yang cerah. Anak-anak penggalang memasuki aula lantai -4. Kak Zaenal mempersilakan penulis mengisi acara.
"Salam Pramuka."
"Salam kembali."
"Tiga kali tepuk Pramuka."
"Pramuka-Pramuka Praja Muda Karana.
Demikian gembira adik-adik penggalang di siang yang terik ini.
“Adik-adik, hari ini kakak akan mengenalkan 4 metode latihan pramuka. Keempat metode tersebut adalah menyanyi, bercerita, permainan, dan demonstrasi. Nah mari kita praktikkan metode pertama, yaitu bernyanyi.”
ayo kawan-ayo kawan berkumpul
berkumpul bersenang-senang semuanya
jangan segan-jangan segan bersama
bersama menyanyi bergembira
tepuk tangan (prok prok prok)
tepuk tangan (prok prok prok)
tepuk tangan bergembira
sekali lagi (prok prok prok)
skali lagi (prok prok prok)
tepuk tangan kita semua bergembira
Lagu di atas kakak ambil dari album lagu anak yang dinyanyikan oleh Kak Tasya Kamila, judulnya lagu gembira. Lagu ini sangat pas untuk memulai latihan Pramuka. Namun kalian juga bisa menggunakan lagu lain, misalnya pramuka sejati, pramuka tak kenal rintangan, dll.
Metode kedua yaitu bercerita. Dengerin ya kakak akan bercerita ya. Pada suatu pagi yang cerah seekor semut berjalan mengelilingi taman. Tiba-tiba ia menemukan sebuah ranting sebagai tempat bergantungnya kepompong.
"Hai kepompong jelek, bentukmu amat jelek, sini kejar aku kalau kau bisa"
Setelah berkata begitu, semut pun pergi. Hari berganti hari kepompong pun berubah menjadi kupu-kupu yang cantik. Dengan gembira kupu-kupu tersebut beterbangan di sekitar taman yang dikelilingi aliran sungai. Sedang asyik-asyiknya beterbangan tiba tiba ia mendengar teriakan
"Tolong, tolong, tolooong."
Kupu-kupu bergegas mencari sumber suara itu. Ia terkejut ketika melihat seekor semut terlunta-lunta terbawa arus air. Ia segera meraih ranting pohon.
"Mut, semut cepat raih ranting itu."
Dengan susah payah semut berhasil meraih ranting pohon. Ia pun selamat.
"Terimakasih kupu-kupu kau telah menyelamatkan aku, dengan apa aku bisa membalasmu."
"Tidak perlu mut, sesama makhluk hidup kita harus saling menolong."
Adik-adik tahukah kalian siapakah kupu-kupu tadi. Kupu-kupu tadi sesungguhnya adalah kepompong yang dulu pernah dihina oleh semut.
Metode ketiga adalah permainan. Yuk kita bermain pemburu dan tupai. Bagaimana cara bermainnya? Bentuklah kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 anak. Dua anak berperan sebagai pohon. Satu anak berperan sebagai tupai. Satu anak sebagai narator.
Dua orang anak yang berperan sebagai pohon masing-masing menjulurkan kedua tangan membentuk sepeti gapura. Satu anak yang berperan sebagai tupai jongkok di bawahnya. Setiap kali narator membaca narasi sampai pada kata pemburu datang, maka tupai harus berpindah tempat. Setiap kali narator mengucapkan kata kebakaran maka pohon harus berpindah, bertukar tempat dengan kelompok lainnya.
Metode keempat adalah demonstrasi. Yuk kita mulai. Di sini kakak sudah membawa gelas, air bersih, tinta, dan ember. Sekarang silakan satu anak maju dan memegang gelas yang setengahnya sudah kakak isi dengan air putih.
Sementara itu silakan maju lagi satu anak, lalu teteskan tinta ke dalam air, terus airnya dibiarkan tuk sementara waktu. Apa yang terjadi? Air putih kita ibaratkan hati (qolbu) kita. Tinta ibaratnya dosa. Lantas bagaimana cara membersihkannya?
Di sini adik-adik penggalang kita ajarkan tuk berpikir. Penyelesaiannya adalah dengan menuangkan air putih sedikit demi sedikit ke dalam gelas berisi air yang sudah bercampur tinta tadi.
Lama kelamaan air di dalam gelas akan kembali putih. Nah begitu juga jika kita berbuat dosa kepada Allah, Tuhan Yang Maha Suci salah satu cara membersihkannya dengan berdzikir.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H