UNICEFÂ -- Yuk, kamu pun bisa menjadi "SUPERHERO"-nya anak-anak!
Tahukah kamu Siapa UNICEF?
UNICEF adalah salah satu organisasi Internasional yang berfokus pada pemenuhan hak dan perlindungan seluruh anak di dunia. Tahun 1946 pada saat terjadinya perang Dunia II, sebuah organisasi internasional dibawah perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memberikan bantuan darurat kepada anak-anak yang menjadi korban perang. Organisasi ini berawal dengan nama United Nations International Children's Emergency Fund yang memiliki misi untuk melindungi hak-hak anak, menyediakan bantuan kemanusiaan, dan mendukung pembangunan berkelanjutan di berbagai negara dan di permanenkan oleh PBB pada tahun 1953. Fokus ini pun semakin berkembang menjadi program jangka panjang untuk kesejahteraan anak. Hingga kini, UNICEF telah menjangkau lebih dari 191 Negara dan wilayah untuk membantu anak-anak yang rentan termasuk di Indonesia.
Â
Bagaimana dengan anak-anak di Indonesia?
Tentunya kehadiran UNICEF juga turut membantu anak-anak di Indonesia loh! Di tahun 1948, UNICEF menyediakan bantuan darurat untuk mencegah kelaparan di Lombok. Dan berlanjut hingga pemerintah Indonesia meluncurkan Rencana Pembangunan Lima Tahun pertamanya dengan UNICEF dan organisasi PBB lainnya pada tahun 1969. Bahkan hingga kini UNICEF terlibat aktif dan memiliki berbagai program yang berdampak dalam perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia, bahkan dunia.
Mengingat pendidikan masa usia dini merupakan fondasi bagi perkembangan setipa anak, UNICEF memiliki peran yang sangat penting. UNICEF berupaya untuk memastikan bahwa semua anak, tanpa terkecuali, mendapatkan akses ke pendidikan yang berkualitas, termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus dan dari latar belakang yang kurang beruntung (Olusanya et al., 2023).
UNICEF melaksanakan berbagai program di seluruh dunia dalam:
- Perlindungan Anak: UNICEF berperan dalam memberikan Upaya dalam perlindungan dan menjaga anak-anak agar aman dari kekerasan, penelantaran, dan eksploitasi
- Pendidikan dan Remaja: salah satu program UNICEF adalah memastikan anak dan remaja mencapai potensi terbaik mereka melalui pendidikan
- Kesehatan dan Gizi: UNICEF mengambil peran dalam membantu anak untuk berkembang dan bertahan hidup.
- Air, Sanitasi, dan Kebersihan: Menyediakan lingkungan yang bersih dan higienis untuk anak-anak
- Kebijakan Sosial: Mengutamakan kebijakan pemerintah yang berorientasi pada anak
- Kesehatan Mental:Anak layak berada di lingkungan yang penuh kasih sayang, mengasihi, dan aman
- Perubahan Iklim: Memastikan anak-anak menjadi fokus aksi perubahan iklim
- Keterlibatan Pemuda: Mendorong pemuda untuk bergabung dengan UNICEF dalam misi kami
Apa Dampak dari Kebijakan UNICEF bagi Pendidikan Anak Usia Dini?
Program dan kebijakan yang dimiliki UNICEF memberikan dampak yang dapat dilihat dan dirasakan dalam Pendidikan Anak Usia dini. Hingga saat ini, UNICEF telah memberikan dampak signifikan di berbagai belahan dunia. Dalam situasi krisis, tidak jarang UNICEF menjadi salah satu lembaga pertama yang memberikan bantuan kemanusiaan. Misalnya dalam keterlibatan UNICEF pada program-program yang berfokus pada pemberdayaan anak jalanan. Melalui pendekatan yang komprehensif, UNICEF berusaha untuk memberikan akses pendidikan dan dukungan psikososial bagi anak-anak yang hidup di jalanan. Dukungan dalam pendidikan yang tepat diharapkan mampu membuat anak-anak lebih sadar terhadap hak-hak mereka dan peduli terhadap perlindungan diri mereka. berani melaporkan jika mereka mengalami kekerasan. Berbagai dukungan tersebut merupakan bentuk komitmen UNICEF dalam memastikan setiap anak mendapatkan hak-hak mereka, termasuk hak untuk hidup, belajar, dan berkembang dalam lingkungan yang aman dan mendukung serta memberikan perlindungan kepada anak. Lebih lanjut kebijakan-kebijakan yang dimiliki UNICEF sangat mempengaruhi Lembaga Pendidikan anak usia dini, seperti:
1. Â Peningkatan Akses dan Kualitas Pendidikan
Akses pendidikan yang inklusif tidak hanya dirasakan di daerah-daerah perkotaan. Kebijakan yang dimiliki UNICEF menjadikan akses pendidikan yang inklusif bagi anak usia dini juga telah dapat dirasakan di banyak daerah-daerah terpencil. Melalui advokasi dan pengembangan kebijakan, UNICEF memiliki peran dalam membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan yang inklusif dan berkualitas, serta perlunya perlindungan terhadap anak-anak dari berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi (Godfrey et al., 2012). Salah satu bentuk dari inisiatif UNICEF dalam meningkatkan akses Pendidikan adalah dengan pengadaan Program Sekolah Ramah Anak (SRA) pada tahun 2006. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi siswa, sehingga terpenuhinya hak anak dan mendukung perkembangan anak sesuai bakat dan minat mereka (Salam, 2023). Melalui berbagai program dan inisiatif, UNICEF berkontribusi pada penciptaan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan mendukung perkembangan anak secara holistik. Tidak hanya peningkatan akses Pendidikan, UNICEF juga berperan dalam peningkatan kualitas Pendidikan melalui program mereka yang berfokus pada kesehatan mental anak. Sebab Kesehatan mental akan sangat mempengaruhi kualitas belajar anak dan kemampuan mengatasi tekanan hidup (Zulfa, 2024).
2. Pendidikan berbasis hak anak
Dalam salah satu program utama UNICEF yaitu program Sekolah Ramah Anak, inisiatif ini juga ditujukan dalam memberikan perlindungan terhadap anak-anak yang berasal dari latar belakang yang terpinggirkan (Pratiwi, 2022; , Chan, 2021). UNICEF juga memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikulum yang berintegrasi pada Pendidikan haka nak, salah satunya program "Rights Respecting Schools". Program ini ditujukan demi mengedukasi anak-anak tentang hak-hak mereka dan mendorong mereka untuk berpartisipasi aktif dalam komunitas merekayang sejalan dengan upaya Pembangunan kesadaran anak mengenai hak dan keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan di dalam kehidupan (Quennerstedt, 2022; Torres, 2012; Dunhill, 2016). Selain itu UNICEF juga mengusulkan kebijakan pada ketidakmerataan pendidikan di Nigeria yang memiliki Tingkat ketidakadilan sosial yang tinggi. Dalam kebijakan ini, UNICEF berfokus pada penghapusan hambatan-hambatan yang menghalangi akses pendidikan dan mengakibatkan diskriminasi terhadap anak perempuan (Woltanowski et al., 2018).
3. Penguatan kurikulum yang responsive terhadap perkembangan anak
Dalam pengembangan kurikulum, UNICEF berperan dalam mendukung setiap negara untuk mengembangkan kurikulum sendiri berdasarkan pada kebutuhan perkembangan anak di negaranya. Misalnya di Suriah, terdapat satu program yang ditujukan dalam melindungi anak-anak yang terdampak konflik dan memberikan Pendidikan yang berkualitas yang disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan anak di negara tersebut, yaitu "No Lost Generation" (Sari, 2021). Selain itu, di Indonesia juga mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan menggunakan tema dan sub-tema yang sesuai dengan perkembangan anak (Rahelly, 2018). Pengembangan kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing negara, dan kebijakan UNICEF sebagai panduan bahwa kurikulum telah memenuhi standar akademis serta sesuai dengan kebutuhan anak.
4. Pelatihan bagi pengasuh dan guru PAUD
Dalam memperkuat implementasi kurikulum dan meningkatkan kualitas pendidikan, UNICEF memberikan pelatihan kepada para pengasuh dan pendidik anak usia dini mengenai pendekatan yang dapat dilakukan seusai dengan tahap perkembangan anak (Wijaya, 2024). Kebijakan ini menekankan pada pentingnya pendidikan berkualitas yang juga dipenagruhi oleh kualitas guru. Kebijakan ini tentunya akan membawa dampak yang besar terhadap perkembangan anak dan kualitas pengasuhan. Selain itu terdapat program yang bernama program Care for Child Development (CCD) yang di inisiatifkan oleh UNICEF. Kebijakan ini ditujukan dalam peningkatan keterampilan pengasuh dalam memberikan perawatan responsif dan mendukung perkembangan anak secara holistik (Lucas et al., 2017; Ahun et al., 2023). Program CCD ini diadaptasi dari strategi Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) UNICEF dan WHO. Program ini difokuskan pada peningkatan interaksi antara pengasuh dan anak melalui permainan dan komunikasi (Ahun et al., 2023). Pelatihan yang diberikan kepada guru misalnya dalam Pendidikan Kesehatan dan gizi mampu mengurangi resiko anak stunting dan meningkatkan status gizi anak (Sukmawati, 2023). Pemberian pelatihan kepada pendidik dan pengasuh anak usia dini memapu memberikan kontribusi dalam ketercapaian tujuan pembangunan berkelanjutan dan memberikan hasil pada perkembangan anak (Jeong et al., 2021; Black et al., 2017; Ayob et al., 2021; Dumbaugh, 2023).
5. Advokasi dan kemitraan
UNICEF juga berperan sebagai 'policy entrepreneur', yaitu memnjalin mkemitraan dengan berbagai organisasi pemerintah maupun non-pemerintah untuk mempromosikan kebijakan Pendidikan yang lebih baik lagi. Upaya ini dilakukan untuk mendukung PAUD dan memperkuat investasi PAUD. Sejak tahun 1990, UNICEF telah berperan aktif dalam mempromosikan pendidikan anak usia dini sebagai bagian dari tujuan global "Education for All" (EFA) (Octarra & Hendriati, 2017). Akibatnya, banyak lapisan Masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya Pendidikan anak usia dini serta mendorong berbagai inisiatif di tingkat internasional, termasuk di Indonesia. Melalui advokasi dan kemitraan yang dibangun oleh UNICEF, terjadinya peningkatan kemitraan antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk orang tua, pendidik, dan lembaga pemerintah. Dan melalui program-program pelatihan dan advokasi, UNICEF membantu orang tua dan pendidik dalam bekerjasama dalam mendukung Pendidikan anak usia dini (Ghosh & Steinberg, 2022). Adanya dukungan-dukungan yang diberikan UNICEF dalam mendorong keterlibatan orang tua dalam Pendidikan anak menjadi hal yang sangat penting, sebab orang tua merupakan pendidik pertama bagi anak-anak mereka (Yusuf, 2023; Putri et al., 2020).
Kamu-pun bisa menjadi Superhero bagi mereka!
Tidak ada batasan mengenai siapa yang ingin berkontribusi dalam mendukung program UNICEF loh! Kamu pun bisa menjadi Superhero bagi mereka, dengan terlibat menjadi relawan UNICEF, terlibat dalam donasi, ataupun menyebarkan kesadaran terhadap isu-isu yang dihadapi anak-anak. Yuk, Kunjungi website resmi UNICEF untuk informasi lebih lanjut ya.
REFERENSI:Â
Ahun, M., Aboud, F., Wamboldt, C., & Yousafzai, A. (2023). Implementation of unicef and who's care for child development package: lessons from a global review and key informant interviews. Frontiers in Public Health, 11. https://doi.org/10.3389/fpubh.2023.1140843
Ayob, Z., Christopher, C., & Naidoo, D. (2021). Caregivers' perception of their role in early childhood development and stimulation programmes in the early childhood development phase within a sub-saharan african context: an integrative review. South African Journal of Occupational Therapy, 51(3). https://doi.org/10.17159/2310-3833/2021/vol51n3a10
Black, M., Walker, S., Fernald, L., Andersen, C., DiGirolamo, A., Lu, C., ... & GranthamMcGregor, S. (2017). Early childhood development coming of age: science through the life course. The Lancet, 389(10064), 77-90. https://doi.org/10.1016/s0140-6736(16)31389-7
Chan, P. (2021). Child-friendly urban development: smile village community development initiative in phnom penh. World, 2(4), 505-520. https://doi.org/10.3390/world2040031
Dumbaugh, M. (2023). 'children awaken by playing': a qualitative exploration of caregivers' norms, beliefs and practices related to young children's learning and early childhood development in rural burkina faso. BMJ Open, 13(10), e075675. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2023-075675
Dunhill, A. (2016). Does teaching children about human rights, encourage them to practice, protect and promote the rights of others?. Education 3-13, 46(1), 16-26. https://doi.org/10.1080/03004279.2016.1165717
Ghosh, S. and Steinberg, H. (2022). Parents' attitudes and unequal opportunities in early childhood development: evidence from eastern india. Journal of Early Childhood Research, 20(3), 413-430. https://doi.org/10.1177/1476718x221077170
Godfrey, E., Osher, D., Williams, L., Wolf, S., Berg, J., Torrente, C., ... & Aber, J. (2012). Cross-national measurement of school learning environments: creating indicators for evaluating unicef's child friendly schools initiative. Children and Youth Services Review, 34(3), 546-557. https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2011.10.015
Jeong, J., Franchett, E., Oliveira, C., Rehmani, K., & Yousafzai, A. (2021). Parenting interventions to promote early child development in the first three years of life: a global systematic review and meta-analysis. Plos Medicine, 18(5), e1003602. https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1003602
Lucas, J., Richter, L., & Daelmans, B. (2017). Care for child development: an intervention in support of responsive caregiving and early child development. Child Care Health and Development, 44(1), 41-49. https://doi.org/10.1111/cch.12544
Octarra, H. and Hendriati, A. (2017). 'old, borrowed, and renewed': a review of early childhood education policy in post-reform indonesia. Policy Futures in Education, 16(1), 80-91. https://doi.org/10.1177/1478210317736207
Olusanya, B., Nair, M., Smythe, T., Wright, S., & HaddersAlgra, M. (2023). Unicef and global leadership for disability inclusion in early childhood. The Lancet Child & Adolescent Health, 7(5), e11. https://doi.org/10.1016/s2352-4642(23)00075-5
Putri, D., Handayani, M., & Akbar, Z. (2020). Pengaruh media pembelajaran dan motivasi diri terhadap keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Jurnal Obsesi Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2), 649. https://doi.org/10.31004/obsesi.v4i2.418
Pratiwi, V. (2022). Evaluation of child friendly school in building student character: a literature review. International Journal of Current Science Research and Review, 05(08). https://doi.org/10.47191/ijcsrr/v5-i8-47
Quennerstedt, A. (2022). Unicef's rights respecting schools award as children's human rights education. Human Rights Education Review. https://doi.org/10.7577/hrer.4761
Rahelly, Y. (2018). Implementasi kurikulum 2013 pendidikan anak usia dini (paud) di sumatera selatan. Jpud - Jurnal Pendidikan Usia Dini, 12(2), 381-390. https://doi.org/10.21009/jpud.122.21
Salam, R. (2023). Efektivitas implementasi program sekolah ramah anak di smpn 2 kota ternate. Jurnal Ilmu Manajemen Dan Pendidikan (Jimpian), 3(2), 81-88. https://doi.org/10.30872/jimpian.v3i2.2538
Sari, V. (2021). Efektivitas program no lost generation unicef dalam menangani kasus child soldiering di konflik suriah tahun 2011-2018. Jurnal Al Azhar Indonesia Seri Ilmu Sosial, 2(1), 45. https://doi.org/10.36722/jaiss.v2i1.530
Sukmawati, E. (2023). The effectiveness of early childhood nutrition health education on reducing the incidence of stunting. Jurnal Obsesi Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(4), 4002-4012. https://doi.org/10.31004/obsesi.v7i4.4846
Torres, D. (2012). Children as subjects with rights in efl textbooks. Colombian Applied Linguistics Journal, 14(1), 45. https://doi.org/10.14483/22487085.3812
Wijaya, A. (2024). Pelatihan penguatan kapasitas guru paud dalam menerapkan kurikulum merdeka. njcee, 2(1), 35-40. https://doi.org/10.36564/njcee.v2i1.22
Woltanowski, P., Wincewicz, A., & Sulkowski, S. (2018). Protection of children's human rights and health: a legacy of julian kramsztyk, janusz korczak, and ludwik rajchman. Global Pediatric Health, 5. https://doi.org/10.1177/2333794x17754157
Yusuf, R. (2023). Kontekstualisasi keterlibatan orang tua melalui sharing session pada pendidikan anak usia dini. Jiip - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 6(12), 10584-10596. https://doi.org/10.54371/jiip.v6i12.3274
Zulfa, E. (2024). Analisis korelasi kesehatan mental dan indeks prestasi mahasiswa jurusan administrasi niaga politeknik negeri jakarta dengan kombinasi metode xgboost dan shap. Jurnal Administrasi Profesional, 5(1), 26-37. https://doi.org/10.32722/jap.v5i1.6923
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H