Akses pendidikan yang inklusif tidak hanya dirasakan di daerah-daerah perkotaan. Kebijakan yang dimiliki UNICEF menjadikan akses pendidikan yang inklusif bagi anak usia dini juga telah dapat dirasakan di banyak daerah-daerah terpencil. Melalui advokasi dan pengembangan kebijakan, UNICEF memiliki peran dalam membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan yang inklusif dan berkualitas, serta perlunya perlindungan terhadap anak-anak dari berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi (Godfrey et al., 2012). Salah satu bentuk dari inisiatif UNICEF dalam meningkatkan akses Pendidikan adalah dengan pengadaan Program Sekolah Ramah Anak (SRA) pada tahun 2006. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi siswa, sehingga terpenuhinya hak anak dan mendukung perkembangan anak sesuai bakat dan minat mereka (Salam, 2023). Melalui berbagai program dan inisiatif, UNICEF berkontribusi pada penciptaan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan mendukung perkembangan anak secara holistik. Tidak hanya peningkatan akses Pendidikan, UNICEF juga berperan dalam peningkatan kualitas Pendidikan melalui program mereka yang berfokus pada kesehatan mental anak. Sebab Kesehatan mental akan sangat mempengaruhi kualitas belajar anak dan kemampuan mengatasi tekanan hidup (Zulfa, 2024).
2. Pendidikan berbasis hak anak
Dalam salah satu program utama UNICEF yaitu program Sekolah Ramah Anak, inisiatif ini juga ditujukan dalam memberikan perlindungan terhadap anak-anak yang berasal dari latar belakang yang terpinggirkan (Pratiwi, 2022; , Chan, 2021). UNICEF juga memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikulum yang berintegrasi pada Pendidikan haka nak, salah satunya program "Rights Respecting Schools". Program ini ditujukan demi mengedukasi anak-anak tentang hak-hak mereka dan mendorong mereka untuk berpartisipasi aktif dalam komunitas merekayang sejalan dengan upaya Pembangunan kesadaran anak mengenai hak dan keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan di dalam kehidupan (Quennerstedt, 2022; Torres, 2012; Dunhill, 2016). Selain itu UNICEF juga mengusulkan kebijakan pada ketidakmerataan pendidikan di Nigeria yang memiliki Tingkat ketidakadilan sosial yang tinggi. Dalam kebijakan ini, UNICEF berfokus pada penghapusan hambatan-hambatan yang menghalangi akses pendidikan dan mengakibatkan diskriminasi terhadap anak perempuan (Woltanowski et al., 2018).
3. Penguatan kurikulum yang responsive terhadap perkembangan anak
Dalam pengembangan kurikulum, UNICEF berperan dalam mendukung setiap negara untuk mengembangkan kurikulum sendiri berdasarkan pada kebutuhan perkembangan anak di negaranya. Misalnya di Suriah, terdapat satu program yang ditujukan dalam melindungi anak-anak yang terdampak konflik dan memberikan Pendidikan yang berkualitas yang disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan anak di negara tersebut, yaitu "No Lost Generation" (Sari, 2021). Selain itu, di Indonesia juga mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan menggunakan tema dan sub-tema yang sesuai dengan perkembangan anak (Rahelly, 2018). Pengembangan kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing negara, dan kebijakan UNICEF sebagai panduan bahwa kurikulum telah memenuhi standar akademis serta sesuai dengan kebutuhan anak.
4. Pelatihan bagi pengasuh dan guru PAUD
Dalam memperkuat implementasi kurikulum dan meningkatkan kualitas pendidikan, UNICEF memberikan pelatihan kepada para pengasuh dan pendidik anak usia dini mengenai pendekatan yang dapat dilakukan seusai dengan tahap perkembangan anak (Wijaya, 2024). Kebijakan ini menekankan pada pentingnya pendidikan berkualitas yang juga dipenagruhi oleh kualitas guru. Kebijakan ini tentunya akan membawa dampak yang besar terhadap perkembangan anak dan kualitas pengasuhan. Selain itu terdapat program yang bernama program Care for Child Development (CCD) yang di inisiatifkan oleh UNICEF. Kebijakan ini ditujukan dalam peningkatan keterampilan pengasuh dalam memberikan perawatan responsif dan mendukung perkembangan anak secara holistik (Lucas et al., 2017; Ahun et al., 2023). Program CCD ini diadaptasi dari strategi Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) UNICEF dan WHO. Program ini difokuskan pada peningkatan interaksi antara pengasuh dan anak melalui permainan dan komunikasi (Ahun et al., 2023). Pelatihan yang diberikan kepada guru misalnya dalam Pendidikan Kesehatan dan gizi mampu mengurangi resiko anak stunting dan meningkatkan status gizi anak (Sukmawati, 2023). Pemberian pelatihan kepada pendidik dan pengasuh anak usia dini memapu memberikan kontribusi dalam ketercapaian tujuan pembangunan berkelanjutan dan memberikan hasil pada perkembangan anak (Jeong et al., 2021; Black et al., 2017; Ayob et al., 2021; Dumbaugh, 2023).
5. Advokasi dan kemitraan
UNICEF juga berperan sebagai 'policy entrepreneur', yaitu memnjalin mkemitraan dengan berbagai organisasi pemerintah maupun non-pemerintah untuk mempromosikan kebijakan Pendidikan yang lebih baik lagi. Upaya ini dilakukan untuk mendukung PAUD dan memperkuat investasi PAUD. Sejak tahun 1990, UNICEF telah berperan aktif dalam mempromosikan pendidikan anak usia dini sebagai bagian dari tujuan global "Education for All" (EFA) (Octarra & Hendriati, 2017). Akibatnya, banyak lapisan Masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya Pendidikan anak usia dini serta mendorong berbagai inisiatif di tingkat internasional, termasuk di Indonesia. Melalui advokasi dan kemitraan yang dibangun oleh UNICEF, terjadinya peningkatan kemitraan antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk orang tua, pendidik, dan lembaga pemerintah. Dan melalui program-program pelatihan dan advokasi, UNICEF membantu orang tua dan pendidik dalam bekerjasama dalam mendukung Pendidikan anak usia dini (Ghosh & Steinberg, 2022). Adanya dukungan-dukungan yang diberikan UNICEF dalam mendorong keterlibatan orang tua dalam Pendidikan anak menjadi hal yang sangat penting, sebab orang tua merupakan pendidik pertama bagi anak-anak mereka (Yusuf, 2023; Putri et al., 2020).
Kamu-pun bisa menjadi Superhero bagi mereka!
Tidak ada batasan mengenai siapa yang ingin berkontribusi dalam mendukung program UNICEF loh! Kamu pun bisa menjadi Superhero bagi mereka, dengan terlibat menjadi relawan UNICEF, terlibat dalam donasi, ataupun menyebarkan kesadaran terhadap isu-isu yang dihadapi anak-anak. Yuk, Kunjungi website resmi UNICEF untuk informasi lebih lanjut ya.
REFERENSI:Â