Sesampainya di PM, Alif mendapatkan banyak teman baru dari berbagai daerah di Indonesia. Salah limanya adalah Raja dari Medan, Dulmajid dari Sumenep, Said dari Surabaya, Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa. Berbagai kesulitan mereka lalui demi menyesuaikan diri di PM. Merekalah anak kelas satu yang menjadi pelopor jasus (orang yang mencatat pelanggaran santri PM) pertama di PM.Â
Ustad Salman, Ustad Thorik, dan Kiai Rais, sang penasihat PM, menuntun Alif dan kawan-kawan untuk beradaptasi di lingkungan serba ketat PM. Namun begitu, PM bukanlah penjara yang amat menyiksa. PM menyediakan banyak fasilitas olahraga, seni, hingga bahasa. "Man Jadda Wajada"Â adalah mantra sakti yang berarti "Siapa yang Bersungguh-sungguh, Dia akan Berhasil"Â menjadi semangat para santri berjuang di PM.Â
Suatu ketika, Alif, Raja, Dulmajid, Said, dan Baso, menjadikan menara di masjid Pondok Madani sebagai camp tempat mereka bercerita mimpi masing-masing. Ketika mereka menatap langit berawan, terlihatlah bentuk-bentuk abstrak awan tersebut yang menyerupai benua impian mereka masing-masing.Â
Alif berimajinasi bahwa awan itu mirip benua Amerika, Said dan Dulmajid merepresentasikan sebagai negara Indonesia, Raja mengira itu adalah bentuk benua Eropa, Atang dan Baso, masing-masing mengira sebagai benua Afrika dan Asia. Menara impian itu adalah Menara Washington Monument yang merupakan impian Alif yang mempresentasikan benua Amerika. Dan halaman sampul novel mempresentasikan kelima menara:Â
Menara Big Ben di London (Eropa) merupakan menara impian Raja. Â Menara Al Azhar di Mesir (Afrika) merupakan menara impian Atang. Menara Masjidil Haram di Mekkah (Asia/Arab) merupakan menara impian Baso dan Menara Monumen Nasional (Monas) di Jakarta merupakan menara impian Said dan Dulmajid yang ingin meneruskan mimpinya di negeri sendiri.
Shahibul Menara, adalah sebutan untuk keenam pemimpi itu. Sampailah mereka di puncak rantai makanan, di kelas enam. Berbagai tantangan akhir terus berdatangan kepada mereka: membuat show menarik bagi kelas enam untuk dipersembahkan pada warga PM, turnamen olahraga, hingga ujian akhir sebulan penuh yang melelahkan. Sempat Alif berpikir untuk mundur dari PM oleh hasutan tidak langsung Baso yang beberapa bulan sebelum ujian akhir, sudah hengkang demi merawat sang nenek di kampung halaman.
Hingga ayah Alif datang untuk memberi motivasi. Barulah gairah hidup Alif kembali demi melawan akhir perjalanan mereka di PM. Ujian dimulai, para siswa menjalankan pelajaran kelas satu hingga kelas enam, yang diuji kembali, demi menuntaskan perjuangan mereka di PM.Â
Akhirnya ujian pun usai. Para Shahibul Menara mendapat nilai yang cukup bagus dan berhasil lulus dari PM. Sebuah perpisahan dari persahabatan mereka pun terjadi. Mereka menentukan jalan masing-masing untuk mewujudkan cita-cita mereka yang diimpikan selama merenung di bawah menara masjid.
Kisah Alif belum tuntas, masih banyak perjalanannya yang belum terjamah yang akan dilanjutkan di buku "Ranah 3 Warna" dan "Rantau 1 Muara".
Kelebihan novel
 Banyak sekali pembelajaran di dalamnya, penggunaan kosakata yang beragam, amanat dan nasihat yang tidak menggurui.
Kekurangan novelÂ
Adanya lompatan latar waktu yang sangat signifikan dari kelas 1 ke kelas 6.
Petikan-petikan dari novel Negeri 5 Menara:
*Himne PM (Halaman 53)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!