Mohon tunggu...
Abrurizal Wicaksono
Abrurizal Wicaksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bebas

Suka olahraga lari, jalan kaki atau sepeda deket - deket aja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wisata dan Pungli, Dua Hal yang Senantiasa Akrab

17 September 2024   16:09 Diperbarui: 18 September 2024   14:52 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sendiri semenjak mendapatkan perlakuan kurang mengenakkan tersebut memilih untuk tidak berkunjung lagi ke beberapa wisata di Jawa Barat. Bahkan sekalipun saat ini rumah saya juga dekat dengan beberapa lokasi wisata seperti curug, hutan pinus, kedai kopi kekinian pun saya memilih untuk tidak akan berkunjung. Jikalau ada beberapa teman saya yang mengajak, saya tetap dengan pendirian bahwa tidak akan sekalipun menginjakkan kaki ke lokasi tersebut. 

Saya memilih untuk say no to pungli, bahkan tidak ada niat untuk mewajarkan hal tersebut. Wisatawan ketika sudah membayar tiket atau retribusi dengan jumlah tertentu sudah sewajarnya mendapatkan haknya. Jika memang ada pungutan lainnya akan lebih baik dijelaskan di awal, kalau perlu dipampang di depan pintu masuk bukan dengan mengejar layaknya buronan.

Akhir kata, wisata di Jawa Barat memang masih menyimpan beberapa potensi. Hanya saja pengelolaan yang tidak profesional dari pembebasan lahan, pengurusan izin hingga pembentukan kelompok sadar wisata mutlak diperlukan. 

Adanya sinergi baik pihak pemerintah dan pihak swasta. Kalau perlu juga melakukan studi banding ke Yogyakarta misalnya dalam pengelolaan wisata, sehingga ke depan pungli-pungli tersebut bisa diberangus sampai ke akar-akarnya. 

Jika pemerintah sendiri justru abai dan pihak swasta hanya memikirkan keuntungan pribadi tentunya kejadian viral-viral ini justru akan terulang kembali, bahkan bisa jadi nanti akan ada julukan bahwa wisata di Jawa Barat adalah surganya pungutan liar.

Tidak mau kan jika terjadi seperti itu?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun