PT Wijaya Karya Tbk terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten WIKA. Perusahaan memulai perdagangan sahamnya pada 29 Oktober 2007. Persentase kepemilikan saham perusahaan terbagi menjadi dua kelompok. Pemerintah Indonesia sebagai pemegang saham terbesar yaitu 65,1049% dan sisanya diberikan kepada public sebesar 34,951% (RTI Business).
Selama perdagangan saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia hingga saat ini, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) termasuk kedalam kategori Good Company & Bad Stock. Terdapat beberapa alasan mengapa penulis menyebut WIKA seperti itu. Pada pembahasan kedepannya, penulis akan menjelaskan mengapa emiten dikatakan Good Company dan Bad Stock.
GOOD COMPANY
Emiten WIKA dikatakan Good Company setelah penulis melihat beberapa kondisi perusahaan seperti reputasi/penghargaan yang pernah didapatkan, laba bersih yang didapatkan, dan kebijakan pembayaran dividen kepada pemegang saham. Perusahaan mempunyai reputasi yang baikdengan adanya pencapaian berupa penghargaan seperti 1st Rank Indonesia Best Practices of Corporate University 2016 -- Category Learning Delivery, Best CFO in Indonesia, Best Senior Management Investor Relation Support 2016, dan Best Sustainability Report 2015 Category Infrastructure. Selanjutnya, indikator laba bersih yang dihasilkan menjadi tolak ukur bagaimana kinerja perusahaan selama kurun waktu tahunan. Dari tahun 2013 hingga 2017 kuartal III terlihat laba bersih WIKA bergerak fluktuatif dari tahun ke tahun dengan condong kepada tren positif. Pada tahun 2017 kuartal III tercatat laba bersih yang dihasilkan sebesar Rp 682.638 juta. Dengan berlandaskan pembayaran dividen tiga tahun terakhir yaitu 2014 hingga 2016, terlihat bahwa emiten WIKA selalu melakukan pembayaran dividen kepada pemegang saham. Besarannya berubah-ubah dengan tren positif dari 20,03 ke 33,86. Hal ini menandakan kesehatan perusahaan terutama keuangan internal yang mencukupi untuk ekspansi bisnis atau evaluasi tahunan dan menangani biaya-biaya lain terkait risiko bisnis.
BAD STOCK
Meskipun, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) merupakan Good Company, tetapi kinerjanya dilantai Bursa Efek Indonesia tidak sebagus itu. Penulis dapat mengatakan emiten WIKA tergolong kepada Bad Stock dengan melihat pergerakan harga saham dan Price to Book Value (PBV). Pergerakan harga saham WIKA dari Januari 2017 hingga Desember berjalan ialah berada pada tren yang negatif. Pada Januari harga saham Rp 2.570 dan pada Desember berjalan ialah Rp 1.580, terdapat penurunan yang cukup besar yaitu Rp 990 per lembar saham atau 38,5%. Selanjutnya, Price to Book Value (PBV) yang dimiliki WIKA berada dibawah rata-rata PBV subsektor konstruksi dan bangunan. Â PBV yang dimiliki oleh WIKA ialah sebesar 1,07 sedangkan rata-rata PBV subsektor ialah 2,87. Hal ini menandakan bahwa emiten WIKA tidak diapresiasi tinggi seperti rata-rata emiten dapatkan pada industri tersebut.
2.1 ANALISA MAKROEKONOMI
 Analisa ekonomi makro menjadi hal penting untuk dilakukan. Kondisi perekonomian suatu wilayah dapat menjadi ranah pembahasan. Emiten yang bersangkutan merupakan perusahaan yang berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sehingga perlu diketahui lebih dalam bagaimana perekonomiannya. Pembahasan analisa ekonomi makro memerlukan data-data yang lengkap dan dapat dipercaya.
 Mengetahui pertumbuhan ekonomi akan menggambarkan bagaimana aktivitas bisnis yang terjadi. Dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 keadaan perekonomian Indonesia cenderung meningkat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,06 persen tidak terlepas dari adanya peningkatan dibeberapa sektor yang mendukungnya seperti meningkatnya kinerja ekspor dan investasi, serta konsumsi relatif terjaga dengan baik.Melihat jumlah pengangguran akan merefleksikan permintaan lapangan kerja dan kecenderungan daya beli masyarakat.Dari tahun 2015 sampai dengan 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia mempunyai tren cenderung menurun. Pada Februari 2015 nilai sebesar 5,81 persen dari total angkatan kerja, hingga Agustus 2017 telah turun sebanyak 0,31 persen dengan nilai 5,5 persen.Hal ini merupakan suatu pertanda positif hasil dari pertumbuhan ekonomi yang cenderung meningkat. Pergerakan harga barang yang ada di masyarakat terefleksikan oleh inflasi. Pergerakan tingkat inflasi pada tiga tahun terakhir yaitu tahun 2015 sampai November 2017 mempunyai tren yang negatif.
Terhitung dari awal tahun 2017 saja, pergerakan suku bunga BI 7-day Reverse Repo Rate telah menurun sebanyak 0,50% dari 4,75%. Penurunan ini menandakan bahwa pemerintah melalui kebijakan moneternya, ingin mendorong adanya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Bank-bank umum atau swasta diharapkan akan menyalurkan dana kreditnya kepada masyarakat karena besaran bunga mengalami penurunan.Selanjutnya, Survei Konsumen Bank Indonesia mengindikasikan bahwa Indeks Kepercayaan Konsumen Indonesia mempunyai kecenderungan positif di tahun 2017. Sejak Januari 2017 hingga November 2017 terlihat bahwa ada naik turunnya angka indeks dari 115,3 hingga 122,1. Peningkatan ini mencerminkan membaiknya konsumsi rumah tangga.
2.2 ANALISA INDUSTRI
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mempunyai EPS sebesar 101. Besaran EPS yang dimiliki WIKA jika dibandingkan dengan rata-rata EPS industri sub sektor sebesar 107, maka EPS WIKA berada dibawah rata-rata. Besaran PER yang dimiliki WIKA ini jika dibandingkan dengan rata-rata PER industri sub sektor sebesar 7,94x , maka PER WIKA berada diatas rata-rata. Hal ini menandakan bahwa harga saham WIKA tergolong cukup mahal, dimana pasar atau investor harus membayar sekitar dua kali dari harga rata-rata saham di industri sub sektor yang sama. Besaran PBV yang dimiliki WIKA jika dibandingkan dengan rata-rata PER industri sub sektor sebesar 2,87x , maka PBV WIKA berada dibawah rata-rata. Hal ini menunjukan bahwa harga saham WIKA saat ini kurang diapresiasi secara optimal oleh pasar atau investor selayaknya rata-rata emiten lain.
2.3 ANALISA PERUSAHAAN WIKA DAN VALUASI SAHAM
Penilaian rasio likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas dilakukan dengan membandingkan WIKA dengan dua emiten yang sama-sama berplat merah yaitu ADHI dan WSKT.
2.3.1.1 Likuiditas
2.3.1.2 Solvabilitas
2.3.1.3 Profitabilitas
2.3.2 Valuasi Saham
Berikut adalah informasi-informasi mengenai saham WIKA
Pada tanggal 18 Desember 2017 tercatat bahwa PER emiten ialah sebesar 15,89 . Melihat klasifikasi yang telah dijelaskan, proyeksi PER yang dapat digunakan ialah 12.
Perhitungan ini melibatkan Dividend Payout Ratio (DPR). DPR merupakan rasio yang menjelaskan seberapa banyak perusahaan membagikan dividen kepada para pemegang saham. Acuan DPR pada tahun sebelumnya yaitu 2016 ialah 29,96%.
Harga saham total didapatkan dengan melakukan penjumlahan antara harga proyeksi PER saham dan proyeksi dividien yang dibagikan (DPR). Berikut adalah perhitungan untuk mendapatkan harga saham total:
Dalam harga saham tersusun dari risiko dan harapan pengembalian yang ditentukan pasar serta karakterisiknya. Seperti yang dipublikasikan oleh NYU Stern pada Januari 2017, Indonesia mempunyai risk premium sebesar 8,82% , country risk sebesar 3,13% , dan suku bunga deposito tahunan sebesar 5,8%. Dengan demikian risiko yang dapat terukur pada kali ini , yang dapat digunakan sebagai acuan untuk pengukuran tingkat pengembalian saham ialah sebesar 17,75% per tahun.
REKOMENDASI
Berdasarkan analisis fundamental yang telah dilakukan, rekomendasi untuk investor ialah untuk membeli saham WIKA. Dengan pertimbangan bahwa investasi yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan dividen dari perusahaan. Dengan melihat kinerja perusahaan melalui laba bersih yang dihasilkan, serta kemampuan memberi dividen setiap tahunnya. Selain itu, kondisi perekonomian makro sedang dalam koridor yang positif dengan pertumbuhan ekonomi, turunnya suku bunga, menurunnya inflasi, dan meningkatnya sentiment konsumen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H