Mohon tunggu...
Abdul Muis Ashidiqi
Abdul Muis Ashidiqi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Hobi rebahan, cita-cita jadi sultan, tapi masih suka jajan cilok di pinggir jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu

10 Januari 2025   06:40 Diperbarui: 10 Januari 2025   05:49 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, takdir berkata lain. Setelah berjuang melawan penyakitnya, Ibu akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di sampingku. Dunia seakan runtuh, hatiku hancur berkeping-keping. Aku kehilangan Ibu, satu-satunya orang yang kusayangi di dunia ini.

Air mata tak henti mengalir di pipiku. Aku memeluk Ibu erat-erat, seakan tak rela melepaskannya pergi. "Ibu... jangan tinggalkan aku, Bu..." lirihku pilu.

Kini, Ibu telah tiada. Hanya kenangan manis yang tersisa. Aku akan selalu mengingat Ibu, sosok wanita pekerja keras dan penuh kasih sayang yang telah membesarkanku seorang diri.

Ibu, meskipun raga kita telah terpisah, namun cintamu akan selalu hidup di hatiku. Doakan aku dari sana. Aku akan terus berjuang dan membuatmu bangga.

Terima kasih Ibu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun