Dimas hanya bisa terdiam. Ia tahu, memaksakan Rani untuk tetap bersamanya hanya akan membuatnya semakin terluka.
"Pergilah, asalkan kamu bahagia, aku ikhlas." Ucap Dimas dengan suara bergetar.
Rani menatap Dimas dengan tatapan penuh penyesalan. "Maafkan aku Mas. Aku tidak akan pernah melupakanmu."
Dimas mengangguk lemah, lalu membiarkan Rani pergi meninggalkannya dalam kesendirian.
Kini, Dimas hanya bisa mengenang kisah cinta mereka yang telah kandas. Rasa sakit masih terasa, namun ia berusaha tegar. Ia percaya, waktu akan menyembuhkan segalanya.
"Asalkan kau bahagia. Itu sudah cukup bagiku." Dimas kembali menyeruput kopinya, kini terasa sedikit manis. Ia tersenyum tipis, menatap gerimis yang mulai reda. Di ufuk barat, semburat jingga menandakan hari akan segera berganti malam. Dimas bangkit, meninggalkan kafe dengan hati yang lebih ringan. Ia siap melangkah maju, menyambut lembaran baru dalam hidupnya.
Meskipun cinta telah pergi, hidup harus terus berjalan. Dimas yakin, suatu hari nanti ia akan menemukan kebahagiaannya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H