Bayangkan, mentari pagi menyapa rerumputan basah di kaki Gunung Rinjani. Kabut tipis perlahan tersingkap, memperlihatkan eloknya bunga Edelweiss yang tumbuh malu-malu. Di kejauhan, terdengar lengkingan merdu burung Cenderawasih yang menari di antara pepohonan. Ah, Indonesia, negeri pusaka dengan kekayaan alam yang begitu memesona.
Namun, di balik keindahan alam yang membius, terselip kisah pilu yang mengiris hati. Negeri kita, yang dulu dijuluki "Zamrud Khatulistiwa", kini tengah berduka. Â Ratusan spesies flora dan fauna terancam punah, perlahan namun pasti, seperti lilin yang meneteskan air matanya hingga padam.
Harimau Sumatera, sang raja rimba yang gagah perkasa, kini hanya tersisa segelintir saja. Kulitnya yang berharga menjadi incaran para pemburu liar, sementara habitatnya terus tergerus oleh perluasan lahan sawit. Nasib serupa juga dialami oleh Orangutan, si primata cerdas yang kini kehilangan rumahnya karena hutan-hutan dibabat habis.
Tak hanya satwa, flora Indonesia pun tak luput dari ancaman kepunahan. Anggrek Hitam, si cantik eksotis dari Kalimantan, semakin langka akibat perdagangan ilegal. Rafflesia, bunga raksasa yang menjadi kebanggaan Bengkulu, juga terancam punah karena habitatnya yang semakin rusak.
Lantas, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa puspa dan satwa Indonesia, yang seharusnya menjadi warisan berharga bagi anak cucu kita, justru berada di ambang kepunahan?
Salah satu penyebab utamanya adalah deforestasi. Hutan-hutan yang menjadi rumah bagi flora dan fauna dibabat habis untuk dijadikan lahan pertanian, perkebunan, dan permukiman. Akibatnya, mereka kehilangan tempat tinggal dan sumber makanan, sehingga populasi mereka terus menurun.
Selain deforestasi, perburuan liar juga menjadi ancaman serius. Banyak satwa diburu untuk diambil bagian tubuhnya, seperti gading gajah, kulit harimau, dan cula badak. Perdagangan ilegal satwa liar ini telah menjadi bisnis yang menggiurkan, meskipun melanggar hukum dan mengancam kelestarian alam.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah pencemaran lingkungan. Limbah industri, sampah plastik, dan polusi kendaraan telah mencemari tanah, air, dan udara. Hal ini tidak hanya mengancam kesehatan manusia, tetapi juga merusak ekosistem dan mengancam kelangsungan hidup flora dan fauna.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Akankah kita hanya berpangku tangan dan menyaksikan puspa dan satwa Indonesia lenyap satu per satu? Tentu tidak! Kita semua memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian alam Indonesia.
Pertama, kita harus meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati. Edukasi sejak dini, baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga, sangat penting untuk menanamkan rasa cinta dan tanggung jawab terhadap alam.
Kedua, kita harus mendukung upaya konservasi yang dilakukan oleh pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat. Â Kita bisa berpartisipasi dalam program penanaman pohon, kampanye anti perburuan liar, dan kegiatan pelestarian lingkungan lainnya.
Ketiga, kita harus mengurangi jejak ekologis kita dalam kehidupan sehari-hari. Â Gunakan transportasi umum, kurangi penggunaan plastik, dan hemat energi. Dengan langkah-langkah kecil ini, kita bisa berkontribusi dalam menjaga kelestarian alam.
Keempat, Â dukung penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku perusakan lingkungan dan perdagangan ilegal satwa liar. Â Laporkan jika melihat aktivitas yang mencurigakan dan jangan pernah membeli produk-produk yang berasal dari satwa langka.
Indonesia adalah negeri yang kaya akan keanekaragaman hayati. Puspa dan satwa Indonesia adalah aset berharga yang harus kita jaga untuk generasi mendatang. Mari kita bergandengan tangan, menjaga alam Indonesia agar tetap lestari. Â Jangan biarkan warisan nenek moyang kita hanya tinggal cerita dan kenangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H