Mohon tunggu...
White Lily
White Lily Mohon Tunggu... lainnya -

"Jiwa dan semangat tidak bisa di kurung, Walau kita terkurung di ruangan sempit" White Lily

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[FFA] Lilin-Lilin Putih

19 Oktober 2013   14:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:19 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hari ini kita semua telah membantu paman pemilik toko. Dengan penjualan kami yang meningkat, maka paman pemilik toko akan bahagia" Ucap ketua kelompok lilin besar.

Teman-teman lain mengangguk dan saling tersenyum satu sama lain.

Di barisan lain, sekelompok lilin dengan aneka aroma bunga juga tersenyum riang.

"Hari ini, dua ratus dari kita telah terjual habis, paman pemilik toko pasti senang" Kata lilin beraroma melati.

Lilin-lilin lainya mengangguk setuju, dan saling tersenyum senang.

Sementara di barisan lain, sekelompok lilin kecil berwarna putih terlihat murung. Bahkan ada beberapa diantaranya yang menangis sedih.

"Hai lilin putih, untuk apa kamu menangis?" Lilin beraroma mawar bertanya dari jauh.

"Iya lilin putih, kenapa wajah kalian terlihat murung? Apa yang telah terjadi?" Sahut lilin besar berukir tinta emas.

"Kami sedih. Karena tidak ada satupun penduduk kota ini yang membeli kami. Mereka tidak tertarik dengan kami. Kami hanya sebatang lilin kecil dan jelek. Kami tidak bisa membantu paman pemilik toko. Paman pemilik toko pasti marah kepada kami. "Ia pasti sedih" Sahut salah satu lilin kecil.

"Jangan bersedih. Kami semua adalah lilin yang sama. Paman pemilik toko tidak akan marah atau membuangmu. Paman pemilik toko juga cukup senang dengan terjualnya jenis kami" Sahut lilin beraroma lavender.

"Betul kawan. Kami semua adalah satu. Meski kami dihias lebih indah darimu. Lihatlah, paman pemilik toko dan anaknya tersenyum. Ia tidak marah ataupun sedih" Sahut yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun