Mohon tunggu...
Rifan Eka Putra Nasution
Rifan Eka Putra Nasution Mohon Tunggu... Dokter - Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain

Dokter, Penulis, Pembicara Publik, dan Penikmat Kopi. Tulisan lainnya dapat dilihat di whitecoathunter.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Singa Tak Pantas Meladeni Kawanan Anjing

3 Januari 2025   11:18 Diperbarui: 3 Januari 2025   11:18 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Singa Tak Pantas Meladeni Kawanan Anjing (Sumber: Dihasilkan oleh Dall-E)

Malam itu, langkahnya semakin jauh meninggalkan ruangan, deru ular besi membawanya ke ibukota untuk urusan yang lebih besar. Pikirannya tetap memutar ulang kejadian tadi. Ia tersenyum kecil, bukan karena senang, tetapi karena ironi yang terlalu nyata. Anjing-anjing yang menggonggong tadi, ternyata bukan bergerak bebas. Mereka dikekang oleh seorang “pemilik”. Seseorang yang dengan penuh percaya diri merasa dirinya singa, meski kenyataan menunjukkan sebaliknya.

Pemilik anjing-anjing, mungkin penderita NPD (Narcissistic personality disorder). Gangguan jiwa yang merasa bahwa dirinya yang menjadi paling penting dibandingkan orang lain. Sering bertingkah manifulatif, terlalu percaya diri, dan “haus” akan perhatian dan kekaguman. Ia lebih sering sibuk mengendalikan anjing-anjingnya untuk menyerang sana-sini tanpa arah. Bahkan dalam hal sederhana, seperti membaca pedoman atau memahami dasar aturan organisasi, ia tidak mampu. Namun, ia selalu berbicara dengan nada otoritatif, seolah segala ucapannya adalah “hukum yang tak terbantahkan”.

“Lucu sekali,” gumamnya dalam hati. “Pemilik anjing merasa dirinya singa, tapi di padang-padang lain ia gagal total”. Singa yang sesungguhnya tidak akan sibuk mengatur kawanan anjing, tetapi memimpin dengan wibawa, membuat semua tunduk tanpa perlu banyak bicara.”

Ironinya, anjing-anjing itu pun bukan tanpa ambisi. Mereka terlalu rakus untuk mengelola organisasi, tetapi terlalu bodoh untuk melaksanakan aturan yang sudah ada. Mereka menggonggong tentang kekuasaan, mengklaim diri mereka sebagai yang berkuasa, tetapi tak paham sedikit pun tentang bagaimana cara mengelola tanggung jawab atau menghormati ketentuan yang ada.

Singa sejati tak perlu menundukkan kepalanya untuk melayani anjing-anjing yang hanya tahu menggonggong tanpa arah. Diam bukan berarti tak memiliki jawaban, tetapi karena itulah jalan terbaik untuk menjaga waktu, martabat, dan energi. Ia tersenyum pahit, menyadari bahwa singa tidak perlu repot-repot meladeni anjing. Biarkan saja anjing-anjing itu terus menggonggong, sementara singa tetap melangkah dengan kepala tegak, tak terpengaruh oleh kebisingan yang tak ada artinya.

Dan malam itu, ia berjanji pada dirinya sendiri: tidak ada lagi waktu yang akan ia buang untuk perdebatan tanpa ujung, untuk anjing-anjing yang hanya tahu menggonggong, atau untuk pemilik yang merasa dirinya singa padahal tak mampu apa-apa. Mereka yang lebih suka berbicara daripada mendengar, lebih suka menggonggong daripada bertindak, akan tetap menjadi gonggongan yang hilang di tengah malam.

Singa tetap berjalan di jalannya, tak terhentikan oleh kebisingan yang tak berharga. Mengikuti petunjuk firman Allah SWT dalam QS. Al-A'raf ayat 199, "Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh."

Ilustrasi Singa Tetap Berjalan tidak Menghiraukan Gonggongan Kawanan Anjing (Sumber: Dihasilkan oleh Dall-E)
Ilustrasi Singa Tetap Berjalan tidak Menghiraukan Gonggongan Kawanan Anjing (Sumber: Dihasilkan oleh Dall-E)

"Jika engkau duduk bersama orang bodoh, maka diamlah. Jika engkau duduk bersama ulama, maka diamlah. Sesungguhnya diammu di hadapan orang bodoh, akan menambah kebijaksanaanmu, dan diammu di hadapan ulama akan menambah ilmumu," Pesan Imam Hasan Al Basri.

Nashrum minallâhi wa fat-ḫung qarîb, wa basysyiril-mu'minîn

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun