Mohon tunggu...
Whena Gilang Titisya
Whena Gilang Titisya Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Simple...Aneh, Suka corat Coret....KUATTTTTTTT (^_^)/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Engkau Masih Ibu Mertuaku

9 Mei 2012   10:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:30 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Pagi hari yang cerah, seharusnya diisi dengan kicauan burung yang merdu dan sejuknya tetes embun pagi, tapi tidak dengan suasana di suatu ruangan.

"Plak...", sebuah tamparan yang keras jatuh di pipi Gisya.

"MasyaAllah mas....kenapa mas pukul aku, bukan kah apa yang tadi aku sampaikan benar ?!" , ujar Gisya sambil berkaca - kaca.

" Diam ... kamu gak bisa seenaknya menuduh ibuku seperti itu, biar bagaimanapun dia ibuku, ibu yang melahirkan dan membesarkanku ", umpat Rey dengan kerasnya.memang sejak beberapa hari ini uang yang di titipkan oleh atasan Rey sengaja dibawa pulang,dan setelah Rey hitung jumlahnya berkurang dari semula.

" Baik mas..maafkan aku, akupun tidak bermaksud untuk menuduh ibu yang bukan - bukan,kemarin mata kepalaku sendiri yang melihat dengan jelas ibu masuk ke kamar kita , dan mengambil amplop yang mas berikan kepadaku " , rintih kesakitan dan isakan yang menyelingi ucapan itu .

" Masih berani kamu ucapkan itu lagi hah..?", dengan posisi tangan di atas hendak memukul Gisya lagi.

" Mas, aku mohon jangan pukul aku lagi..jangan mas...aku ini istrimu ..hiks..hiks ", Rengek Gisya sambil memeluk kaki Rey sambil menahan rasa perih yang merayap dipipi kirinya.

" Diam... aku muak", Dihempaskannya tangan Gisya yang sedari tadi memeluk kakinya, setangah berlari Rey meninggalkan Gisya dengan membanting pintu kamar mereka.

Dari sudut ruangan seseorang mendengarkan pertengkaran mereka dengan tatapan sinis dan senyum merekah. Sesungguhny Gisya seorang istri yang baik, kesehariannya cukup melelahkan selain menjadi  ibu rumah tangga, dia pun memiliki usaha makanan ringan. Semenjak kedatangan Ibu mertuanya suasana rumah pasangan baru itu acap kali memanas . Ibu Rey memang tidak begitu senang dengan pernikahan anaknya. Beliau amat menyayangi Rey dan tak ingin kasih sayang Rey terbagi dengan siapa pun . Tidak hanya itu , si ibu juga kesal karna jatah uang yang di berikan Rey tidak sebesar saat dia masih bujangan dulu. Berkali - kali beliau menyindir Gisya saat uang jatah berkurang , tapi gisya menerangkan saat ini mereka sedang berusaha menyicil rumah, hal itu tak pernah di gubris oleh Ibu mertuanya,malah kecemburuan si ibu mertua semakin menjadi -jadi.

Pintu kamar di buka perlahan , dari dalamnya muncul sesosok wanita dengan lebam biru di wajahnya.

" Puas kamu mengadu pada anakku heh..?", sindir ibu Rey sambil meonton tv di ruang keluarga.

" Maaf bu, apa maksud  ucapan ibu ?" dengan senyuman Gisya menghampiri ibu mertuanya.

"Halah...berlagak pilon lagi ,percuma kamu bilang apapun pada anakku...dia pasti akan lebih mempercayaiku dari pada kamu....hahhahahah ", bentak ibunya dengan keras sambil menepuk - nepuk dada.

Gisya diam ... dia hanya mampu tersenyum getir, jauh di dalam hatinya terbesit suatu luka yang dia simpan rapat - rapat.

" Permisi bu, saya harus membuat pesanan roti dulu..jika ibu perlu sesuatu saya ada di dapur ", pamit Gisya sopan.

"hahahah...sana pergi, aku juga muak dengan senyum palsumu ", umpat ibu Rey.

Gisya meninggalkan ibu mertuanya menuju ke dapur dengan tangis tertahan . Diambilnya bahan - bahan pembuat roti, di campurnya bahan- bahan tersebut secara perlahan . lamunan pun tak dapat ia tolak, masih terekam jelas bagaimana mertuanya sering sekali mengasarinya entah dengan perkataan ataupun tindakannya, mulai dari panggilan babu,menantu tak tahu diuntung bahkan yang lebih menyakitkan lagi si munafik.bahkan tak jarang tangan si ibu sering melayang kepipinya, menjambak jilbab dan melemparkan piring bekas makan, jika beliau sedang kesal.

Tanpa terasa butiran- butiran bening dari sudut matanya mengalir, membentuk anak sungai di kedua pipinya. Lirih di bergumam " Ya Allah...ampunilah segala kekhilafanq,aku tak ingin mengotoriku hatiku dengan segala macam kebencian ibu mertuaku , berikanlah yang terbaik untuk kami...bagaimana pun aku menyayangi beliau seperti aku menyayangi orang tua kandungku..."

" Braaakkkkk...aaaa...aaaa " , terdengar suara jeritan dari kamar mandi.

" Astagfirullahhaladzim...ibu...", berlarilah Gisya ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi tubuh ibu Rey  sudah tergeletak dan disisinya darah segar sudah banyak membanjiri lantai,setengah sadar mata ibu rey menatap Gisya .

Satu jam kemudian Rey sudah sampai di rumah sakit dengan wajah yang kusut berantakan. Dia berjalan tergopoh menemu Gisya.

" kamu apakan ibuku Gis...kamu apakan ibu...jawab..." , umpat Rey dengan menggoyang-goyangkan  kedua pundak Gisya.

"mas sabar mas...sabar....ibu tadi terjatuh di kamar mandi, dan aku membawa kemari ", jelas Gisya sambil meringis menahan sakit cengkraman Rey.

"sekarang dimana ibu cepat katakan...?!"

" Ibu masih didalam mas....beliau masih dalam penanganan dokter ", terang Gisya.tidak lama dokter keluar dari ruang IGD. Rey langsung menghampiri dokter yang menangani ibunya.

" Bagaimana kondisi Ibu saya dok...?",tanya Rey cepat.

" Maaf...siapa anda dan ada hubungan apa  anda dengan pasien saya..?"tanya dokter selanjutnya.

" Saya Rey, anak beliau dok..", jawab Rey.

" Baik pak Rey...ibu saudara mengalami lumpuh separuh  badan, untuk bagian badannya yang sebelah kiri tidak dapat di gerakan.ada kemungkinan akan lumpuh dan tidak dapat bicara, saya harap anda dan keluarga tetap sabar ",Terang dokter yang memeriksa kondisi ibu Rey.

Bagai disambar petir, tubuh Rey mendadak lemas mendengar informasi dari dokter.Dia tidak dapat membayangkan bila ibu yang amat dia sayangi hanya dapat terbaring lemah. Dalam hatinya dia menyalahkan Gisya.

"ini semua gara - gara kamu....karna kamu ibuku jadi begini, dasar istri ga becus...kamu kan yang buat ibu jatuh...kamu puas kan dengan keadaan ibu saat ini", Setengah teriak Rey mencaci Gisya . Sementara itu Gisya hanya dapat menangis terisak dan berharap cobaan ini cepat berlalu.

Genap sebulan ibu Rey di rawat di rumah sakit, tiba hari ini beliau sudah dapat kembali ke rumah Rey. Gisya mempersiapkan diri sebaik mungkin, dia tata rumah serapih mungkin,masak makanan kesukaan ibu mertuanya, juga menghias kamar ibu dengan meletakan vas berisi bunga mawar putih yang petik dari pekarangan rumah. Dari luar terdengar suara mobil Rey masuk, bergegas Gisya keluar dan menyongsong keduanya.

" Alhamdulillah Ibu ... mari Gisya bantu ", songsong Gisya memegang kursi roda, sementara sikap Rey masih dingin terhadap Gisya. tak disangka ibu membalas ucapan Gisya dengan senyuman yang membuat Gisya semakin semangat merawat ibu mertuanya.

Lambat laun keadaan ibu Rey membaik berkat perawatan dari Gisya yang telaten dan memperhatikan detail kebutuhan Ibu Mertuanya ,walaupun beliau tidak dapat berbicara lagi.Tapi tidak dengan sikap Rey kepada Gisya. Rey masih belum menerima kondisi ibunya yang seperti itu dan itu berimbas pada hubungannya pada Gisya. Tiap malam tak pernah terlewatkan Sujud - Sujud pengharapan dari Gisya " Ya Allah,,,,hamba mohon lunakanlah hati suami hamba..jangan biarkan ia terus menerus pada sikapnya selama ini, hamba amat kehilangan sosok Mas Rey...hamba sangat merindukan kasih  sayangnya Ya Allah....ampuni hamba ya Allah ".

Hingga suatu pagi terdengar ribut - ribut dari kamar ibu Rey.

" Gisya...Gisya..cepat kemari..Gis...ibu..Gis...ibu....", ucap Rey dengan bibir bergetar dengan tangis tertahan, diselingi dengan memberikan kertas ke Gisya yang di dalamnya ada pesan dari ibunya.


Anakku sayang Reyhan dan Gisya,

Nak...Terima Kasih akan kasih sayang kalian selama ini, maafkan ibu nak...ibu telah mencoba merusak rumah tangga kalian. Dengan segala sikap ibu.

Reyhan ibu ingin jujur..semua yang Gisya ucapkan kepadamu itu benar nak, ibu yang pernah mengambil uangmu,ibu yang pernah menjatuhkan hiasan di ruang tamu itu dan masih banyak yang lain nak...maafkan ibu . ibu sengaja melakukan itu semata - mata karna ibu cemburu melihat keharmonisan kalian...maafkan ibu nak. Gisya memang sepantasnya kau sayangi...

Gisya...terima kasih nak...terima kasih kau telah menjaga ibu dengan kesabaran dan ketulusanmu.maafkan ibu sayang...maafkan ibu yang sering kali melukai hatimu.kau anak yang baik...cantik...ibu titip Reyhan padamu...

Seketika tangis pecah di ruangan itu...penyesalan tinggallah penyesalan...Reyhan bertekad akan memperbaiki hubungannya dengan istrinya. Lirih Gisya berbisik " Pergilah dengan tenang bu....kami telah memaafkanmu.. "


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun