Mohon tunggu...
Billy Bachtiar
Billy Bachtiar Mohon Tunggu... -

NusaTalent.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Paradox Jakarta Ramai, tapi Kenapa?

9 Mei 2016   14:38 Diperbarui: 20 Juni 2018   10:22 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta Ramai – Maudy Ayunda

Begitulah lirik lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi muda cantik ini dan inilah yang menginspirasi saya untuk berpikir mengenai suatu paradox yang ada di kota yang katanya “ramai” ini, yakni kota kita tercinta, kota ‘Jakarta’.

*disclaimer: saya menulis artikel ini dengan terus menerus memutar lagu Jakarta Ramai agar inspirasi tetap jalan. Hehehe.

Oke, langsung kita bahas saja keanehan ini. Pertama-tama, untuk kalian yang tidak tahu mengenai arti dari kata “Paradox”, berikut adalah penjelasan dari kata ini.

“Terambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, paradoks/pa·ra·doks/n pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran; bersifat paradox”

Dengan berlandaskan satu kata yang sangat fenomenal ini, saya berpikir mengenai Paradoks aneh seputar kota Jakarta yang katanya ‘ramai’ ini.

Pertama. Paradox. Jakarta. Ramai. Tapi. Kenapa. Keramaian ini serasa sirna didalam keluarga

Yes, statistically speaking, Jakarta is a very crowded city. Ya, jalanan ibukota di pagi dan sore hari selalu dipenuhi dengan bunyi-bunyi klakson yang mengiringi perjalanan pulang-pergi nya para tulang punggung keluarga. Bak seperti sarang lebah yang ada di pohon-pohon ‘rindang’, mereka pulang-pergi tanpa lelah membawa pulang makanan dan harapan agar pada hari esok, tempat tinggal mereka bisa menjadi lebih ‘rindang’ dari sebelumnya. 

Akan tetapi, cucuran keringat dan terkadang darah (ya, darah) yang tertumpah serasa menjadi petaka baru bagi sebagian keluarga di kota yang ramai ini karena ketika pulang ke ‘rumah’, seluruh organ tubuh yang dipakai sepanjang hari-pun sudah menjadi usang dan sangat lelah. Alhasil, keramaian pun serasa sirna didalam lingkaran kecil yang biasa disebut ‘keluarga’ ini. Bahkan, di beberapa keluarga (saya kenal keluarga ini), dirumah yang ‘besar’, yang seharusnya ‘ramai’ seperti kota ‘besar’ kita, atmosfir pekatnya kesepian terasa hadir mencekam..

“sungguh.. Paradox. Jakarta. Ramai. Tapi. Kenapa. Keramaian ini serasa sirna didalam keluarga.”

Kedua. Paradox. Jakarta. Ramai. Tapi. Kenapa. Ramai akan Polusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun