Mohon tunggu...
Anwar
Anwar Mohon Tunggu... Security - Seorang yang tidak akan pernah menyerah untuk terus menulis

Walau tak pandai menulis namun ingin tetap mencoba berkarya. http://www.catinfoku.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rumah Asri yang Kuhuni

23 Oktober 2018   23:31 Diperbarui: 23 Oktober 2018   23:44 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata ini belum juga mau terpejam ketika jam di dinding kamarku menunjukan pukul 02.25 wib. Entah apa yang membuatku sulit untuk meraih mimpi-mimpiku malam ini. Tubuhku telah sangat lelah miring ke kiri, ke kanan, telentang namun masih juga tak mau pulas. Insomniakah aku...?

Tapi seingatku, aku tidak pernah punya penyakit macam itu. Tapi entah kali ini, aku benar-benar tidak dapat tidur seperti malam-malam lain sebelumnya. Telah berkali-kali aku panjatkan doa agar aku dapat tidur nyenyak, namun tetap saja tak bisa.

Aku bangkit dari tempat tidurku, dan terus berjalan menuju padang rumput hijau laksana karpet yang dihamparkan dihadapanku. Sangat menyejukkan mata memandangnya.

Aku terpana, terheran-heran serta batinku bertanya-tanya ; dimanakah aku ini...? Bagiku tempat ini terasa asing. Entah dimana kini aku berada. Udaranya sejuk lebih kepada lembab tapi sangat menyenangkan berada disini.  Suatu tempat yang tak pernah kubayangkan sebelmnya.

Aku memandang ke sekeliling tempat, hanya hamparan rumput hijau. Tapi tunggu...... diujung sana, kulihat sesosok tubuh duduk bersandar disebatang pohon rindang, seperti pohon beringin. Sepertinya tadi aku tidak melihat ada pohon, apalagi manusia lain selain aku. Aku semakin bingung.

Lalu rasa penasaran ini tak bisa terbendung lagi. Kuhampiri orang yang sedang asyik bersandar di pohon mirip beringin itu. Ternyata seorang perempuan memakai gaun terusan warna putih. Ia nampak berwajah pucat tetapi tidak dapat menyembunyikan kecantikannya. 

Kuperhatikan dengan lebih dekat ke wajah yang tanpa ekspresi itu. Tampak wajah cantik dengan penuh duka didalamnya. Derita yang lama terpendam dalam sorot mata yang nampak hampa. Ia diam saja ketika berusaha untuk lebih mendekat. Aku belum berani mengeluarkan sepatah katapun meski tubuhku telah berada cukup dekat dengannya.

Wajah yang senantiasa tertunduk itu perlahan menengadah dan menatap ke arahku. Berdesir dada ini menatap sorot mata yang sangat tajam dari kedua bola matanya. Ada perasaan tak enak dalam hatiku. "Apa yang terjadi dalam kehidupan gadis ini, hingga ia memendam duka yang teramat dalam ? Berkecamuk batinku..."

Bagaimana mungkin aku bisa membayangkan penderitaan hati yang ia tanggung sendiri tanpa ia ungkpkan pada orang lain. Tetapi pelan-pelan ia mulai membuka mulutnya. Perlahan tapi pasti dengan suara yang sangat lirih, ia mulai menceritakan kisah hidupnya.

Dimulai dari pertama ia membina hubungan dengan seorang laki-laki yang sangat ia cintai. Ia begitu percaya pada laki-laki itu, pada janji-janji manisnya. Saat itu ia terbuai. Bayangan hidup bahagia mengarungi bahtera rumah tangga bersama dengan laki-laki yang sangat ia sayangi hingga pada akhirnya ia rela berkorban segalanya.

Janji tinggal janji. Setelah apa yang ia berikan seluruhnya kepadanya, lalu laki-laki itu pergi dan tak pernah kembali lagi. Ia mengatakan disini, ditempat ini terakhir kali ia merenggut kehormatannya. Lalu laki-laki itu mencampakkan dan pergi berlalu begitu saja. Ia merasa benar-benar tercampakakn dan terhina serta putus asa.

Dalam keputusasaannya itu ia mengerat uart nadinya dan tergeletak  meregang nyawa disini. "ya, disini, ditempat kau berbaring saat ini.." Demikian kata-kata terakhir yang sempat aku dengar dari mulut mungilnya karena aku sudah merasa limbung dengan pikiranku sendiri mendengar semua tutur katanya.

Aku berdiri dan pergi meninggalkan gadis itu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku berlari dan terjatuh. Aku bangkit dan aku sangat terkejut. Betapa tidak, barusan aku berbincang-bincang dengan seorang gadis cantik berwajah pucat dengan baju putih di sebuah tempat yang aku sendiri tidak tahu dimana tempat itu berada.

Namun begitu aku sadar sepenuhnya, ternyata malam telah menjelang subuh. Suara adzan subuh membangunkan dari mimpi buruk. Aku tidak tahu, yang baru saja aku alami itu, entah mimpi, ataukah alam bawah sadarku. Apa yang baru saja terjadi, begitu jelas dan seperti nyata.

Seminggu dari peristiwa itu, aku berusaha mencari informasi ke sana kemari mengenai rumah tempat tinggalku itu. Akhirnya aku mendengar cerita dari seorang tokoh disekitar tempat tinggalku, bahwa dulunya rumah yang sekarang aku huni itu adalah rumah seorang wanita muda yang pindah dari kota ke desa dimana sekarang aku menetap.

Rupanya, gadis itu dahulunya merupakan seorang wanita baik-baik. Kemudian ia jatuh cinta pada seorang pemuda tampan yang adalah seorang pengusaha kaya. Ia bekerja disebuah perusahaan yang mana perusahaan itu adalah milik orang tua si pemuda pujaannya.

Pemuda itu sering mengantar sang gadis pulang ke rumahnya bahkan lama-lama suka menginap. Namun belakangan, si pemuda tak pernah lagi terlihat berkunjung. Setelah itu si gadis pun jarang terlihat sampai pada suatu hari, datanglah suami istri yang mengaku mereka telah membeli rumah tersebut dengan bukti kepemilikan yang mereka tunjukkan.

Dari situ, rumah itu sering berganti pemilik, sampai pada akhirnya aku yang menjadi pemilik terakhir. Aku baru mengerti, mengapa rumah ini sering berganti pemilik. yah, ternyata rumah ini mengandung misteri.....

                        ---oo0oo---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun