Mohon tunggu...
William Gosal
William Gosal Mohon Tunggu... Game Designer -

Mobile game developer untuk Android, iOS dan Windows Phone. Saat ini sedang mengerjakan tiga proyek yang berbeda. Mudah-mudahan semuanya selesai tahun depan. Penggemar kopi Torabika Cappucino, ToraCafe, Nutri Sari Jeju dan Apple Cider Vinegar. Fans drama Korea. Grup band Korea favorit: TWICE, BEAST, AOA.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Caranya Mengampuni Musuhmu?

4 Desember 2017   03:44 Diperbarui: 6 Desember 2017   09:11 2602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkenalkan nama saya William. Saya beragama Katolik dan saya sangat senang membahas tentang Alkitab dan hubungannya dalam hidup sehari-hari. Ini adalah artikel pertama saya, yaitu mengenai bagaimana mengampuni musuhmu. 

Berdasarkan data WHO yang kuperoleh dari internet: 

  • Setiap tahun korban bunuh diri di dunia mencapai 800.000 orang
  • 90% dari jumlah itu menderita depresi  
  • Jumlah kasus bunuh diri di Indonesia sendiri mencapai 10.000 orang pada tahun 2014  

Menurut situs www.psychiatry.org:

  • Depresi adalah penyakit serius yang mempengaruhi manusia dalam hal merasa, berpikir, mengambil keputusan dan bertindak.
  • Depresi mengakibatkan penderita merasa sedih dan kehilangan ketertarikan pada aktifitas rutin yang biasa dilakukannya. Depresi merujuk pada perubahan emosi dan masalah fisik dan dapat mengurangi kemampuan seseorang baik dalam bekerja dan di rumah. 

Adapun ciri-ciri orang depresi: 

  • Merasa sedih
  • Kehilangan ketertarikan pada aktifitas rutin yang dulu disenanginya
  • Perubahan selera makan
  • Susah tidur atau tidur terlalu lama
  • Merasa lelah, merasa bersalah dan merasa tidak berguna
  • Sulit berpikir
  • Memiliki pikiran bunuh diri dan mencoba melakukannya

Mengapa saya bahas tentang kasus bunuh diri, penyakit depresi dan apa hubungannya dengan mengampuni?

Sebab kedua hal tersebut merupakan aksi dan reaksi. Mereka yang menderita depresi cenderung mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri jika mereka sudah tidak menemukan jalan keluar dalam menghadapi masalahnya. Tapi jika penderita depresi ini tahu bagaimana menyelesaikan masalahnya, maka kecil kemungkinan dia akan bunuh diri. Mereka justru akan kembali beraktifitas seperti semula. Mereka akan lebih kuat dalam menghadapi hidupnya. 

Secara umum masalah  yang dihadapi mereka adalah sama, yaitu sulit mengampuni pelaku kejahatan dan umumnya mereka sangat sulit mengampuni diri sendiri. Mereka adalah korban kejahatan. Mereka membutuhkan bantuan dari kita untuk menyelesaikan masalah yang sedang mereka hadapi. Oleh karena itu, untuk menolong mereka sebaiknyalah kita mengajarkan mereka bagaimana cara mengampuni musuh mereka.  

Sebelumnya saya akan bahas mengapa manusia begitu sulit mengampuni orang lain. Secara umum penyebab utama manusia sulit mengampuni adalah: 

  1. rasa kecewa akan sikap pelaku yang jahat padanya
  2. takut si pelaku akan mengulangi kejadian yang sama
  3. takut si pelaku akan membunuhnya jika melaporkan hal ini pada kepolisian
  4. memaafkan pelaku berarti mengijinkan pelaku mengulangi kejahatan yang sama
  5. sulit memaafkan diri sendiri karena mereka menyalahkan dirinya saat berada pada waktu kejadian 

Umumnya manusia yang sulit mengampuni adalah korban kejahatan. Mereka bukan pelaku yang melakukan kejahatan. Biasanya mereka adalah korban: 

  1. bullying (sosial media, sekolah, lingkungan, rumah) 
  2. kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
  3. perkosaan
  4. penipuan
  5. pengkhianatan oleh teman/rekan kerja  
  6. cemburuan terhadap kekasih, suami/istri

Tapi ada juga korban yang justru menjadi pelaku pembunuhan. Nah, inilah dampak buruk yang paling membahayakan dari sulit mengampuni orang lain. Untuk lebih jelasnya akan kubahas perkembangannya berdasarkan apa yang pernah kupelajari: 

  1. kebencian pada pelaku muncul sejak pertama kali korban dijahati. 
  2. korban akan bersikap sangat defensif dan paranoid. Korban berpikir orang berpenampilan serupa seperti pelaku bakalan menyerang dan menyiksanya. Korban akan memilih tinggal di dalam rumah daripada keluar. Hal ini akan membuatnya stres karena dia diliputi rasa takut setiap hari.
  3. jika korban masih sulit mengampuni, maka kebencian ini akan tumbuh dan berubah menjadi dendam. Tahap ini korban telah berada dalam kondisi depresi. Korban akan sulit beraktifitas. Emosinya meledak-ledak tak karuan. Biasanya karena mengingat kejahatan pelaku dan korban menyalahkan dirinya atas kebodohannya sendiri karena berada di tempat kejadian.  
  4. jika tingkat depresi ini tidak diatasi, maka korban akan melukai pergelangan tangannya bahkan meminum racun atau bunuh diri hanya untuk melarikan diri dari penderitaan yang sedang dialaminya. Tapi ada juga korban yang tidak tahan dengan penderitaan ini dan akhirnya memutuskan untuk membalas pelaku dengan membunuhnya.

Tingkat respon manusia terhadap emosinya berbeda satu sama lain dan itu mempengaruhi keadaannya. Ada manusia yang memiliki respon emosi yang sangat cepat hingga langsung membalas pelaku dengan membunuhnya saat itu juga (tahap 4). Tapi ada juga yang memiliki respon lambat. Misalnya saja: Emosi marah meledak-ledak setelah dijahati pelaku baru muncul seminggu setelah kejadian berlalu. Tiap orang responnya berbeda, saya juga tidak tahu mengapa. Mungkin itu ada hubungannya dengan kecerdasan emosional (EQ). Namun apa yang penting adalah bagaimana mengampuni musuh kita sehingga kita dapat melanjutkan aktifitas kita sehari-hari seperti dulu. Berikut adalah bagaimana caranya mengampuni musuh kita menurut yang diajarkan Yesus Kristus dalam Alkitab: 

  1. kasihilah musuhmu dengan mendoakannya agar dia bertobat (Matius 5:44 & Lukas 6:27-29)
  2. jangan membalas kejahatan dengan kejahatan (1 Petrus 3:9 & Roma 12:17,19)
  3. jangan membalas kejahatan pelaku pada orang lain (1 Petrus 3:9 & Roma 12:17,19) 
  4. jangan mengutuk pelaku (Roma 12:14)
  5. jangan bersaksi dusta atau fitnah terhadap pelaku (Efesus 4:25 & Amsal 6:16-19)
  6. jangan menghukum dirimu atas apa yang telah terjadi padamu. Apa yang telah terjadi, biarkanlah berlalu. (Matius 22:39)
  7. jangan menyalahkan Bapa di Surga atas apa yang telah kau alami (Ayub 2:9-10 & 1 Yohanes 5:18-19)

Doa: Bapa di Surga bantulah aku mengampuni musuhku. Dia menyakitiku berulang kali dan itu membuatku terluka lahir batin. Mampukanlah aku agar dapat bertahan hidup menghadapi cobaan ini. Aku berdoa agar musuhku bertobat dan menjadi manusia baru yang penuh dengan sikap pemaaf, sabar, pengertian dan lemah lembut. Berkatilah dia agar dia dapat menjadi penolong bagi sesama yang membutuhkan. Demi nama putraMu Yesus Kristus yang telah wafat untuk dosa-dosaku. Amin.

Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Misalnya pelaku mengerjai korban (bully) di sekolah setiap hari. Korban membalas pelaku dengan mengutuknya/melempari batu/mencelakainya dan sebagainya. Tapi jika korban ingin melaporkan pelaku, itu adalah haknya untuk melindungi diri dari penjahat dan itu sangat dibenarkan. Lain halnya dengan perkosaan. Saat korban akan diperkosa, korban berhak melindungi diri dari pelaku untuk menjaga kehormatannya dengan menggunakan pisau. Itu dibenarkan selama korban tidak membunuh pelaku. Walaupun korban tidak sengaja membunuh pelaku, Bapa di Surga akan mengampuni korban jika dia mau bertobat dan mengakui dosanya dalam nama Yesus Kristus.      

Jangan membalas kejahatan pelaku pada orang lain. Misalnya pelaku mengerjai korban (bully) di sekolah setiap hari. Korban membalas dengan mengerjai teman sekolah lain yang sama sekali tidak bersalah. Korban ingin melampiaskan emosinya pada orang lain karena kejengkelannya terhadap pelaku. Hal ini tidak dibenarkan sebab itu berarti bahwa kita sama saja dengan pelaku yang jahat suka mengerjai orang lemah.     

Jangan mengutuk pelaku. Misalnya: 

  1. mengharapkan pelaku cepat mati: ditabrak, kena penyakit kronis, stres hingga bunuh diri, minum racun 
  2. mengharapkan anak pelaku dijahati dengan kejahatan serupa
  3. mengharapkan keluarga pelaku mati karena kecelakaan 

Jangan bersaksi dusta/fitnah terhadap pelaku. Itu artinya kita tidak boleh mengatakan kebohongan tentang apa yang dilakukan pelaku pada kita. Misalnya pelaku hanya mengerjai korban dengan menghinanya menggunakan kata "anjing". Tapi korban menuduh pelaku telah mencuri uangnya bahkan telah memperkosanya bersama teman-temannya. 

Jangan menghukum dirimu atas apa yang telah berlalu. Itu artinya kita tidak boleh menghukum diri dengan menyiksa diri seperti menyayat pergelangan tangan, memukulkan kepala ke tembok, menarik rambut, minum racun atau pun bunuh diri. Ingatlah, bahwa siapa pun yang membunuh dirinya adalah pembunuh dan hukumannya adalah api Neraka untuk selamanya. Takkan ada pengampunan bagi mereka yang membunuh. Kita harus tetap mengasihi diri kita dengan membiarkan apa yang sudah berlalu dengan tidak menyalahkan diri atas kejadian itu. Jika kita menyalahkan diri kita terus, maka apa yang terjadi adalah kita akan mencoba mencari jalan keluar dari masalah dengan bunuh diri. Makanya untuk mencegah kita mengakhiri hidup, kita dianjurkan untuk mencurahkan isi hati kita kepada orang yang kita sayangi terutama keluarga. 

Jangan menyalahkan Bapa di surga atas apa yang kita alami. Sangat banyak manusia menyalahkan Bapa di Surga atas nasib buruk yang menimpanya. Bahkan parahnya, mereka mengutuk Dia dan mengutuk kelahirannya di bumi ini. Ingatlah, semua hal baik yang manusia terima di Bumi adalah pemberian Bapa di Surga. Dia itu baik. Dia tak membiarkan diriNya dicobai oleh yang jahat. Ingat, dunia ini adalah milik si jahat (1 Yohanes 5:19). Jika kita diberikan pencobaan seperti ini, sekali lagi kita harus ingat bahwa Bapa di Surga tak pernah mencobai manusia dengan masalah. Tapi manusia dicobai oleh keinginannya. Dalam konteks ini, itu bukanlah keinginan korban tapi keinginan pelaku. Tidak ada satu pun korban yang ingin dijahati. Mereka adalah manusia yang menjadi korban sebagai hasil pelampiasan emosi dan nafsu jahat pelaku.             

Memang hal ini sangat sulit dilakukan karena saya juga pernah mengalaminya. Saya bahkan pernah berniat membunuh perempuan yang membuatku cemburu. Tapi saya berusaha mengendalikan diriku dan mencoba mencari tahu mengapa saya memiliki niat sangat jahat seperti itu. Ternyata semua itu berawal dari perasaan kecewa terhadap semua sikapnya. Saya mengharapkan wanita yang lebih pengertian dan tak pernah membandingkan diriku dengan temannya yang kaya. Lagipula dia bukan tipe wanitaku. Saya menyenangi wanita yang lebih pendek dari padaku dan juga memiliki rambut yang panjang. Tapi karena saya cemburu setiap kali melihatnya dengan pria lain, makanya saya emosi dan mencoba membunuhnya karena jengkel. Untunglah saya tidak melakukannya. Memang niat membunuh itu semuanya bermula dari pikiran. Kalau saya tidak punya pengendalian diri yang kuat, saya bakalan berakhir di penjara karena sudah membunuhnya. 

Saya memiliki pengendalian diri yang kuat karena saya selalu memikirkan akibat dari perbuatan yang akan kulakukan. Konsekuensi apa yang akan terjadi jika saya sampai melakukan itu? Apakah perbuatan itu berdampak baik untuk saya? Ataukah itu membawa dampak buruk untuk hidupku? Saya sudah melatihnya sejak tahun 2009. Jadi, intinya berpikir sebelum berbuat. Saat hendak membunuhnya, saya berpikir mengenai dampak buruknya, yaitu: 

  1. pembunuh mendapat hukuman di penjara seumur hidup
  2. jika saya dipenjara seumur hidup, masa depanku hancur dan saya akan terkurung selamanya di penjara 
  3. jika saya dipenjara, saya tidak bisa mencapai impianku untuk hidup bahagia 
  4. jika saya dipenjara, ibuku akan kesepian menantiku keluar dari sana
  5. jika saya dipenjara, adekku akan bekerja sendirian menafkahi keluarga 
  6. selain itu, pembunuh manusia akan dihukum di Neraka selamanya
  7. pembunuh akan terus disiksa oleh setan dan digigit ulat yang takkan pernah mati
  8. api di Neraka takkan pernah padam  

Oleh karena itu, kupikir tidak ada jalan lain kecuali mengampuninya. Makanya saya belajar mengampuninya dengan berdoa kepada Bapa dan memohonNya untuk memampukan diriku agar dapat mengampuninya. Lambat laun, perasaan dendam itu hilang dan saya pun belajar menerima dirinya apa adanya. Memang ini butuh waktu dan proses. Saya sendiri butuh waktu dua tahun untuk mengampuninya. Tak mungkin manusia dapat mengampuni dalam waktu sehari. Iya, kecuali manusia itu sangat bijaksana dan juga pengertian.   

Jadi, jikalau kita sudah mengetahui bagaimana cara yang baik untuk mengampuni musuh kita, maka sebaiknyalah kita lakukan itu. Sebab menyimpan dendam sama saja kita memegang bara api di tangan kita dan itu menyakiti kita lahir dan batin. Mengampuni lebih baik daripada dendam. Selain itu, Bapa di Surga juga tidak akan mengampuni dosa kita jika kita masih menyimpan dendam pada musuh kita (Matius 6:14-15). Artinya, jika kamu tidak mengampuni dosa musuhmu, Bapamu yang di Surga juga tidak akan mengampuni dosamu.
Itulah aturan utama jika ingin masuk Surga.  

Jadi mengampuni musuh kita MUTLAK dilakukan. 

Nanti kalau ada waktu akan kubahas bagaimana caranya agar kita dapat masuk Surga secara lengkap menurut Alkitab. Tuhan Yesus memberkati setiap orang tidak peduli apapun agamamu.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun