Mohon tunggu...
William Gosal
William Gosal Mohon Tunggu... Game Designer -

Mobile game developer untuk Android, iOS dan Windows Phone. Saat ini sedang mengerjakan tiga proyek yang berbeda. Mudah-mudahan semuanya selesai tahun depan. Penggemar kopi Torabika Cappucino, ToraCafe, Nutri Sari Jeju dan Apple Cider Vinegar. Fans drama Korea. Grup band Korea favorit: TWICE, BEAST, AOA.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Caranya Mengampuni Musuhmu?

4 Desember 2017   03:44 Diperbarui: 6 Desember 2017   09:11 2602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doa: Bapa di Surga bantulah aku mengampuni musuhku. Dia menyakitiku berulang kali dan itu membuatku terluka lahir batin. Mampukanlah aku agar dapat bertahan hidup menghadapi cobaan ini. Aku berdoa agar musuhku bertobat dan menjadi manusia baru yang penuh dengan sikap pemaaf, sabar, pengertian dan lemah lembut. Berkatilah dia agar dia dapat menjadi penolong bagi sesama yang membutuhkan. Demi nama putraMu Yesus Kristus yang telah wafat untuk dosa-dosaku. Amin.

Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Misalnya pelaku mengerjai korban (bully) di sekolah setiap hari. Korban membalas pelaku dengan mengutuknya/melempari batu/mencelakainya dan sebagainya. Tapi jika korban ingin melaporkan pelaku, itu adalah haknya untuk melindungi diri dari penjahat dan itu sangat dibenarkan. Lain halnya dengan perkosaan. Saat korban akan diperkosa, korban berhak melindungi diri dari pelaku untuk menjaga kehormatannya dengan menggunakan pisau. Itu dibenarkan selama korban tidak membunuh pelaku. Walaupun korban tidak sengaja membunuh pelaku, Bapa di Surga akan mengampuni korban jika dia mau bertobat dan mengakui dosanya dalam nama Yesus Kristus.      

Jangan membalas kejahatan pelaku pada orang lain. Misalnya pelaku mengerjai korban (bully) di sekolah setiap hari. Korban membalas dengan mengerjai teman sekolah lain yang sama sekali tidak bersalah. Korban ingin melampiaskan emosinya pada orang lain karena kejengkelannya terhadap pelaku. Hal ini tidak dibenarkan sebab itu berarti bahwa kita sama saja dengan pelaku yang jahat suka mengerjai orang lemah.     

Jangan mengutuk pelaku. Misalnya: 

  1. mengharapkan pelaku cepat mati: ditabrak, kena penyakit kronis, stres hingga bunuh diri, minum racun 
  2. mengharapkan anak pelaku dijahati dengan kejahatan serupa
  3. mengharapkan keluarga pelaku mati karena kecelakaan 

Jangan bersaksi dusta/fitnah terhadap pelaku. Itu artinya kita tidak boleh mengatakan kebohongan tentang apa yang dilakukan pelaku pada kita. Misalnya pelaku hanya mengerjai korban dengan menghinanya menggunakan kata "anjing". Tapi korban menuduh pelaku telah mencuri uangnya bahkan telah memperkosanya bersama teman-temannya. 

Jangan menghukum dirimu atas apa yang telah berlalu. Itu artinya kita tidak boleh menghukum diri dengan menyiksa diri seperti menyayat pergelangan tangan, memukulkan kepala ke tembok, menarik rambut, minum racun atau pun bunuh diri. Ingatlah, bahwa siapa pun yang membunuh dirinya adalah pembunuh dan hukumannya adalah api Neraka untuk selamanya. Takkan ada pengampunan bagi mereka yang membunuh. Kita harus tetap mengasihi diri kita dengan membiarkan apa yang sudah berlalu dengan tidak menyalahkan diri atas kejadian itu. Jika kita menyalahkan diri kita terus, maka apa yang terjadi adalah kita akan mencoba mencari jalan keluar dari masalah dengan bunuh diri. Makanya untuk mencegah kita mengakhiri hidup, kita dianjurkan untuk mencurahkan isi hati kita kepada orang yang kita sayangi terutama keluarga. 

Jangan menyalahkan Bapa di surga atas apa yang kita alami. Sangat banyak manusia menyalahkan Bapa di Surga atas nasib buruk yang menimpanya. Bahkan parahnya, mereka mengutuk Dia dan mengutuk kelahirannya di bumi ini. Ingatlah, semua hal baik yang manusia terima di Bumi adalah pemberian Bapa di Surga. Dia itu baik. Dia tak membiarkan diriNya dicobai oleh yang jahat. Ingat, dunia ini adalah milik si jahat (1 Yohanes 5:19). Jika kita diberikan pencobaan seperti ini, sekali lagi kita harus ingat bahwa Bapa di Surga tak pernah mencobai manusia dengan masalah. Tapi manusia dicobai oleh keinginannya. Dalam konteks ini, itu bukanlah keinginan korban tapi keinginan pelaku. Tidak ada satu pun korban yang ingin dijahati. Mereka adalah manusia yang menjadi korban sebagai hasil pelampiasan emosi dan nafsu jahat pelaku.             

Memang hal ini sangat sulit dilakukan karena saya juga pernah mengalaminya. Saya bahkan pernah berniat membunuh perempuan yang membuatku cemburu. Tapi saya berusaha mengendalikan diriku dan mencoba mencari tahu mengapa saya memiliki niat sangat jahat seperti itu. Ternyata semua itu berawal dari perasaan kecewa terhadap semua sikapnya. Saya mengharapkan wanita yang lebih pengertian dan tak pernah membandingkan diriku dengan temannya yang kaya. Lagipula dia bukan tipe wanitaku. Saya menyenangi wanita yang lebih pendek dari padaku dan juga memiliki rambut yang panjang. Tapi karena saya cemburu setiap kali melihatnya dengan pria lain, makanya saya emosi dan mencoba membunuhnya karena jengkel. Untunglah saya tidak melakukannya. Memang niat membunuh itu semuanya bermula dari pikiran. Kalau saya tidak punya pengendalian diri yang kuat, saya bakalan berakhir di penjara karena sudah membunuhnya. 

Saya memiliki pengendalian diri yang kuat karena saya selalu memikirkan akibat dari perbuatan yang akan kulakukan. Konsekuensi apa yang akan terjadi jika saya sampai melakukan itu? Apakah perbuatan itu berdampak baik untuk saya? Ataukah itu membawa dampak buruk untuk hidupku? Saya sudah melatihnya sejak tahun 2009. Jadi, intinya berpikir sebelum berbuat. Saat hendak membunuhnya, saya berpikir mengenai dampak buruknya, yaitu: 

  1. pembunuh mendapat hukuman di penjara seumur hidup
  2. jika saya dipenjara seumur hidup, masa depanku hancur dan saya akan terkurung selamanya di penjara 
  3. jika saya dipenjara, saya tidak bisa mencapai impianku untuk hidup bahagia 
  4. jika saya dipenjara, ibuku akan kesepian menantiku keluar dari sana
  5. jika saya dipenjara, adekku akan bekerja sendirian menafkahi keluarga 
  6. selain itu, pembunuh manusia akan dihukum di Neraka selamanya
  7. pembunuh akan terus disiksa oleh setan dan digigit ulat yang takkan pernah mati
  8. api di Neraka takkan pernah padam  

Oleh karena itu, kupikir tidak ada jalan lain kecuali mengampuninya. Makanya saya belajar mengampuninya dengan berdoa kepada Bapa dan memohonNya untuk memampukan diriku agar dapat mengampuninya. Lambat laun, perasaan dendam itu hilang dan saya pun belajar menerima dirinya apa adanya. Memang ini butuh waktu dan proses. Saya sendiri butuh waktu dua tahun untuk mengampuninya. Tak mungkin manusia dapat mengampuni dalam waktu sehari. Iya, kecuali manusia itu sangat bijaksana dan juga pengertian.   

Jadi, jikalau kita sudah mengetahui bagaimana cara yang baik untuk mengampuni musuh kita, maka sebaiknyalah kita lakukan itu. Sebab menyimpan dendam sama saja kita memegang bara api di tangan kita dan itu menyakiti kita lahir dan batin. Mengampuni lebih baik daripada dendam. Selain itu, Bapa di Surga juga tidak akan mengampuni dosa kita jika kita masih menyimpan dendam pada musuh kita (Matius 6:14-15). Artinya, jika kamu tidak mengampuni dosa musuhmu, Bapamu yang di Surga juga tidak akan mengampuni dosamu.
Itulah aturan utama jika ingin masuk Surga.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun