Apakah minum obat kimia aman di barengi dengan minum obat herbal?
Menurut masyarakat obat herbal aman digunakan dengan minum obat kimia karena obat herbal merupakan sediaan atau bahan baku yang berasal dari tumbuhan yang memiliki efek terapi yang bermafaat bagi manusia. Namun, obat herbal dapat memiliki efek yang menyerupai, memperkuat atau melawan efek yang di timbulkan obat. Interaksi obat dengan herbal dapat menyebabkan perubahan ketersedian hayati (bioavailability) dan efikasi obat. Penggunaan obat herbal secara sering dapat menyebabkan terjadinya efek toksik yang tidak dapat di ketahui penyebabnya dan berkurangnya efikasi obat.
Contoh obat kimia yang memiliki interkasi dengan obat herbal
Interaksi obat kimia dengan obat herbal dapat berakibat fatal misalnya interaksi antara wafarin dengan ginkgo dan bawang putih dengan dong quai yang dapat menimbulkan pendarahan. Contoh lainnya yaitu interaksi antara obat antidepresan trisiklik dengan yohimbin dapat meningkatkan risiko hipertensi bahi pengguna yohimbin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi obat kimia dengan obat herbal
A. Bersifat Merugikan
1. Penghambatan absorbsi
Misalnya pada teh yang mengandung tanin, tanin akan bereaksi dengan protein dan membentuk senyawa yang melapisi dinding usus dapat menghambat absorbsi kandungan zat aktif lain seperti protein, vitamin, dan mineral. Bahkan dosis besar dapat menimbulkan sembelit atau kekurangan nurtrisi.
2. Pengurangan waktu transit di usus
Apabila minum obat kimia dibarengi dengan obat herbal yang mengandung antrakuinon akan menyebabkan waktu transit di usus berkurang sehingga absorbsi zat aktif dan efek farmakologinya akan berkurang juga. Antrakuinon bersifat laksansia yaitu mempermudah pengeluaran feses sehingga mengurangi waktu transit di usus. Contoh tanaman yang mengandung antrakuinon yaitu senna dan lidah buaya.
B. Bersifat Menguntungkan
1. Peningkatan absorbsi
Penggunaan obat kimia dengan obat herbal secara bersamaan juga dapat meningkatkan kandungan zat aktif lain dan kadar dalam darah meningkat. Contoh senyawa kimianya yaitu tumbuhan yang mengandung seskuiterpen dari minyak atsiri, resin dari temu-temuan, dan bromelim dari nanas. Keadaan tersebut dapat akan mensuspensizat aktif hingga membuat bulk yang lebih lipofik.
2. Peningkatan bioavailabilitas melalui penghambatan glutation S-Trasferase (GST)
GST adalah enzim metabolisme fase II yang berperan penting dalam pengeluaran obat. Namun apabila ada obat yang bertemu dengan GST dapat merugikan karena obat cepat dikeluarkan. Contoh bahan alam yang dapat menghambat GST ini yaitu kurkumin, temulawak, temu giring.
Contoh interaksi obat kimia dengan obat herbal
1. Bersifat Merugikan
• Ginkgo biloba
Ginkgo biloba berfungsi sebagai untuk menghambat factor pengaktifan platelet. Obat yang berinterkasi dengan ginkgo biloba yaitu salah satunya aspirin yang dapat mengakibatkan memperhebat terjadinya pendarahan. Karena ginkgo biloba ini memiliki efek antikoagulan atau antiplatelet.
• Cafein
Obat yang mengandung cafein dengan herbal yang mengandung gingseng dapat menyebabkan gaungguan gastrointestinal serta insomnia.
• Ginseng
Ginseng dengan Coumadin dapat menyebabkan pendarahan, ginseng dengan warfin juga dapat menurunkan efek antikoalgulan warfin yang mengakibatkan proses pendarahan tetap terjadi.
• Bawang putih
Penggunaam bawang putih dengan warfin juga dapat menyebabkan pendarahan tetap terjadi.
2. Bersifat Menguntungkan
• Rhubarb-akar kalembak
Akar kalembak mengandung tannin yang menunjukkan efek sinergis dengan obat-obatan ACE inhibitor contohnya captopril dapat mengurangi kadar kreatinin dalam tubuh.
• Buah pare
Dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes apabila buah pare berinteraksi dengan obat diabetes oral maupun dengan tanaman brotowali.
• Kunyit – asam
Dimana kurkuminoid merupakan zat dalam kunyit yang bersifat labil distabilkan oleh asam.
•Kunyit – bawang putih
Dapat menurunkan kolesterol total, penurunan LDL, Trigliserida, glukosa darah adan peningkatan kadar HDL.
Perbedaan obat kimia dengan obat herbal
Obat kimia :
- Diarahkan untuk menghilangkan gejala-gejalanya saja.
- Bersifat sintomatis yaitu mengurangi penderitaanya saja.
- Bersifat paliatif yaitu jika tepat penyakit akan sembuh, tetapi jika tidak tepat maka akan menjadi toksik bagi tubuh.
- Diutamakan untuk penyakit-penyakit yang bersifat aku, contohnya asma akut, diare akut, patah tulang, infeksi obat dan masih banyak lagi.
- Mempunyai efek samping yang dapat ditimbulkan pada iritasi lambung dan hati, kerusakan ginjal.
Obat herbal :
- Untuk sumber penyebab penyakit dan perbaikan fungsi dan organ-organ yang rusak.
- Bersifat rekonstruksi yaitu memperbaiki sel-sel yang rusak.
- Bersifat kuratif artinya benar-benar menyembuhkan karena pengobatannya pada sumber penyakitnya.
- Lebih diutamakan untuk mencegah penyakit
- Reaksi lambat tetapi mampu memperbaiki sel-sel yang rusak
- Efek samping hampir tidak ada
Referensi
Blazek-Welsh and Rhodes., 2001, Maltodextrin Based Proniosomes, AAPS PharmSci, 3(1):1.
Ebadi, M., 2002. Pharmacodynamic Basis of Herbal Medicine, Washington: CRC Press LLC, p. 25-51.
Inamdar, Edalat, Kotwal, Pawar, 2008, Herbal Drugs in Milieu of Modern Drugs, International Journal of Green Pharmacy, 2(1):2-8.
Izzo, 2004, Herb-Drug Interactions, Fundamental & Clinical Pharmacology, 19: 1-16.
Rodda, Molmoori, Samala, Banala, Ciddi, 2010, An Insight into Herb - Drug Interactions, International Journal of Pharmaceutical Sciences and Nanotechnology, 2(4): 689-706.
WHO, 2001. Legal Status of Traditional Medicine and Complementary/ Alternative Medicine: A Worldwide Review, Geneva.
WHO, 2005. National Policy on Traditional Medicine and Regulation of Herbal Medicines, Report of a WHO global survey, Geneva.
Penulis : Wafa’ Azizah
Mahasiswa Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H