Novel ini tidak hanya menceritakan kisah kelahiran Kristus. Tetapi juga mengangkat kisah ibunya. Perawan Suci Maria. Bagaimana kedua orang tua Maria sangat menginginkan seorang buah hati tapi tak kunjung dikaruniai. Bagaimana cacian dan hinaan orang-orang saat orang tuanya menyerahkannya ke Bait Suci. Bagaimana Ia didatangi malaikat saat diberitahu bahwa ia akan melahirkan seorang putra tanpa ayah. Semuanya dikisahkan dengan memukau.  Novel setebal 448 halaman ini mangambil sudut pandang dari 3 agama. Islam, Kristen, dan Yahudi. Bersumberkan kitab suci ketiga agama menjadikan novel ini dapat dipecaya kisahnya. 3 agama yang menjadikan Isa Al-Masih sebagai tokoh penting dalam kehidupan beragama mereka. 3 perspektif yang dipilih penulis bukan untuk membandingkan mana yang benar dan lebih terpercaya dengan mengkerdilkan yang lainnya. Novel ini ditulis untuk menyegarkan ingatan kita akan kisah yang mulai terlupa akibat banyaknya kisah yang lebih menarik. Sang Mesiah yang lahir ribuan tahun lalu dari rahim seorang perempuan suci. Kisahnya ribuan kali diceritakan ulang. Tetapi generasi kini mengenalnya tak lebih baik dari pendahulunya. Kebanyakan dari mereka tidak menyadari  pentingnya kisah ini.
Novel ini ditulis untuk mengajarkan pembaca pentingnya toleransi antar agama. Karena tanpa adanya toleransi, kita tak lebih dari kumpulan masyarakat yang tidak memiliki etika . Konflik akan bermunculan tanpa adanya jalan tengah. Karena itulah toleransi sangat diperlukan. Sebagaimana pesan kecil dari Tasaro GK di halaman depan novel ini, "Memahami lalu bertoleransi".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H