Di tengah kemeriahan perayaan Hari kemerdekaan Indonesia, sebagai seorang ibu hatiku malah dipenuhi kekhawatiran. Sungguh terkejut ketika beberapa waktu lalu aku membaca sebuah berita. Ada seorang kakek yang melakukan tindak pelecehan seksual kepada seorang anak SD.Â
Dalam berita tersebut, kakek itu berusaha memegang dada anak perempuan tersebut dan bahkan berusaha menciumnya. Ia juga sempat mengancam akan membunuh anak tersebut jika sampai memberitahukan ke orang lain.Â
Dalam kasus berbeda yang baru-baru ini juga baru saja terjadi, aku membaca ada seorang kakek yang mencabuli anak balita usia empat tahun di sebuah musholla. Betapa ngerinya. Sebagai seorang ibu dengan empat anak perempuan, tentu ini menjadi sebuah kekhawatiran tersendiri.Â
Begitu berat tantangan orang tua jaman sekarang dalam melindungi anak-anak karena ternyata para predator anak tak mengenal usia. Tak hanya orang asing yang bisa melakukan tindak kejahatan, tapi orang terdekat pun juga bisa menyakiti anak kita. Orang tua pun kadang bisa sampai kehilangan kepercayaan pada siapapun karena berita akhir-akhir ini yang sungguh memusingkan.Â
Bayangkan, sosok laki-laki yang sudah renta masih bisa jadi ancaman bagi seorang anak. Sosok orang dewasa yang harusnya melindungi anak-anak malah justru menjadi pelakunya. Lantas lingkungan mana lagi yang bisa kita percaya?Â
Sebagai orang tua memang kita harus menyadari bahwa kita sebagai manusia memiliki keterbatasan dalam memberikan penjagaan pada anak-anak. Yang utama yang harus dilakukan adalah senantiasa berdoa agar anak-anak  dalam perlindungan Tuhan. Namun selain itu kita pun harus memberikan pencegahan. Mau tak mau anak-anak memang harus diajari bagaimana agar mereka bisa melindungi diri.Â
Sebelumnya aku juga pernah menuliskan di blogku terkait bagaimana agar anak terhindar dari predator seksual. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah :
1. Ajarkan anak agar mampu untuk bilang tidak
Ajarkan anak untuk berani bilang tidak atau menolak, ketika ia berhadapan dengan seseorang yang membuat dia tidak nyaman. Ajarkan anak untuk bicara lantang. Lakukan simulasi di rumah jika perlu. Selalu ulangi dan ulangi lagi agar anak tetap ingat dan terlatih.Â
2. Bantu anak untuk mengidentifikasi orang asing.Â
Bimbing anak untuk bisa memahami mana saja yang termasuk orang asing dan mana saja yang sosok yang bisa ia percayai. Minta anak untuk senantiasa menjaga jarak dengan orang asing atau orang yang membuat dia tak nyaman. Untuk usia di bawah dua tahun, pastikan untuk selalu dekat dengan orang tua.Â
Jika pun nanti ada kasus anak terlepas dari pengawasan orang tua atau berada jauh dari orang tua, minta dia untuk mendatangi ibu-ibu yang membawa anak. Pada dasarnya ibu yang membawa anak tergolong pada safe stranger.Â
3. Minta anak berhati-hati pada orang yang mencurigakan
Berdiskusilah bersama anak-anak dengan memberikan contoh kasus. Misalnya, jika ada sosok asing yang tiba-tiba memberikan makanan, mainan dsb. Apa yang harus anak lakukan? Jika tiba-tiba ada orang asing yang ingin menjemput, maka anak harus bagaimana?Â
Lakukan simulasi kejadian "What-if" dengan contoh-contoh kasus kejahatan yang mungkin terjadi. Apa yang anak lakukan jika hal tersebut sampai terjadi?Â
Jangan lupa minta anak berhati-hati jika ada yang mengaku figur otoritas tertentu. Misalnya ada yang mengaku satpam, guru, dan paman. Intinya ajarkan anak untuk tidak langsung percaya.Â
Pada dasarnya sebagai manusia kita memang hanya bisa berusaha dan berdoa. Memang walaubagaimanapun, penjahat itu tak selalu berasal dari orang asing. Namun, memberikan arahan sedini mungkin adalah bentuk pencegahan yang bisa kita lakukan.Â
Selain hal tersebut jangan lupa juga untuk ajarkan anak terkait bagian tubuh yang sifatnya privasi. Aku juga menuliskan itu di blogku. Silakan baca di sini ya.
Pada akhirnya sebagai orang tua aku hanya bisa berharap, semoga semakin bertambahnya usia negara ini, maka semakin bertambah pula ruang aman untuk anak-anak kita. Dirgahayu Indonesia. Semoga Indonesia bisa menjadi negara yang makmur dan aman bagi para generasi muda.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H