Mohon tunggu...
Wenny Ira R
Wenny Ira R Mohon Tunggu... Penulis - Kybernan

Peneliti, Akademisi, Militansi Desa, Humanis, Berbudaya, Book Lover

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gemilang Cahaya Pementasan Laron

12 Oktober 2022   22:52 Diperbarui: 12 Oktober 2022   22:52 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dokumentasi Teater Air (dokpri)

Di tengah panasnya provokasi semut merah, seekor laron yang telah keluar bermigrasi masuk kembali ke istana sarang laron. Ia masuk dengan tertatih dan menanggung kesakitan, serta penderitaan. Satu ekor sayap laron tersebut telah hilang tercerabut dari tubuhnya.

Laron yang kembali ini memaparkan tipu daya dan kekejaman dunia luar istana yang tak seindah kenyataannya sebagaimana hasil doktrin penguasa istana. Cahaya yang mereka agung-agungkan justru membuat banyak laron terbunuh dan menjadi mangsa empuk semut merah. 

Bahkan ia menyebut bahwa sesungguhnya tujuan program migrasi ini untuk mengurangi kepadatan populasi istana sarang laron dengan jalan membunuh para laron yang tak dikehendaki untuk tetap tinggal di istana. 

Kesaksian laron yang kembali ini membuat para laron lainnya tersadar dan membuat murka para penguasa istana sarang laron. Ratu laron pun dengan keras dan kejam memerintahkan agar laron yang kembali di lempar keluar istana dan laron-laron yang ada dipaksa untuk bermigrasi. 

Tentu hal ini membuat para laron semakin berani memberontak. Mereka mengusir ratu laron ke luar istana yang justru  secara tak sadar telah membawa mereka keluar istana tanpa harus diiming-imingi dan didoktrin. Istana pun hanya meninggalkan laron tua dan pesuruh istana.

"Laron, seperti halnya manusia. Suatu "takdir" yang berasal dari tanah untuk kemudian kembali pada tanah. Manusia-manusia yang lahir ke dunia menjemput takdirnya. Waktu hidup yang singkat dan penuh ketidakpastian, keluarnya ia dari suatu ketiadaan atau gelap, ketidaktahuan, kebodohan menuju cahaya. Bahwa manusia hidup di dunia untuk mengejar kebenaran dan keridhoan Tuhan yang merupakan cahaya itu sendiri untuk mendapatkan cintanya atau surga. Sebaliknya, jika manusia hidup di dunia hanya untuk mengejar cahaya yang menyilaukan dan fana, ia akan jatuh dan masuk ke dalam kesengsaraan santapan para predator atau neraka," begitu ungkap Rani mengenai pesan yang ingin disampaikan dalam pementasan Laron.

Naskah Laron dipilih oleh Rani karena ia ingin menghadirkan kehidupan laron di panggung teater. " Biasanya kita melihat kisah serangga hadir di layar kaca dan dijadikan film. Kali ini saya ingin menghadirkannya di panggung teater," jelasnya.

Proses garapan naskah Laron  sejak pemilihan pemain hingga pementasan pada Oktober 2022 cukup lama. Casting pemain dilakukan sejak Mei 2022. Selama itu, menurut Rani telah terjadi pergantian pemain. "Laron-laron terbang dan silih berganti,"ujarnya.

Kendala terbesar pada proses produksi pementasan Laron menurut Rani adalah soal mencocokkan waktu. "Para pemain dan kru memiliki latar belakang yang berbeda-beda dan itu adalah hal yang sangat dimengerti. Makanya saya sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah memprioritaskan diri pada proses produksi pementasan Laron, dan dengan ikhlas mewujudkannya," ungkapnya.

Mengenai kesan dan pesan Rani selaku sutradara, ia mengungkapkan bahwa ia merasa beruntung lahir dan tumbuh di dalam rumah yang bernama Teater AIR. Ia berterima kasih kepada Teater AIR. "Saya memiliki saudara-saudara dan orang tua yang baik. Untuk adikku Khairul Ni'mah dan Wahyu Fitria Lestari yang baik, terima kasih banyak. Untuk Mas Gepeng Nugroho yang sangat baik dan mau menjadi salah satu teman diskusi dalam proses garapan ini berlangsung," pungkas Rani.

Novitasari, aktivis perempuan dan penulis Jambi yang menikmati pementasan Laron pada hari terakhir pementasan mengungkapkan, "menurut saya, pementasan Laron sarat akan makna kehidupan laron yang digambarkan sama seperti angan-angan manusia tentang kebebasan dan kebahagiaan yang dikira akan didapat di luar dirinya. Padahal, apa-apa yang ada di luar diri kita bukan jaminan untuk suatu kebahagiaan. Di dalam diri kita lah yang mampu menciptakan itu. Pementasannya menarik dan penuh dengan pesan-pesan, serta permasalahan problematik yang sedang kita rasakan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun