"Selesaikan dulu makanmu," tangkisnya sambil tersenyum. Aku menyuap sesendok lagi. Dia berdiri. Aku mengerling dua cawan puding sebelahku.
*
Kakak cantik, jadilah denganku. Sebuah kalimat berdengung di kepalaku.
*
"Puding?" tahanku lagi masih dengan mulut penuh. Dia mengamat-amati antara puding dan aku yang sedang mengunyah.
"... tenang, tidak ada mantra di atasnya," selorohku.
"Justru itu yang membuatku khawatir," balasnya mengangkut piranti makan ke troli piring kotor. Seulas senyum dilemparnya sambil menengok. Dia benar-benar melangkah menjauh.
*
Kakak cantik, jadilah denganku. Aku membuat gumaman yang hanya aku sendiri yang mampu mendengarnya. Aura ruangan resepsi sedang penuh dengan gelora semangat. Aku menelan kunyahanku. Dalam hitungan detik: satu, dua ...
"KAKAK CANTIK, JADILAH DENGANKU!"
Antara khawatir dia pergi lebih jauh dan mempertahankan agar dia tetap bersamaku, aku memekik. Sial. Musik dengan sangat tiba-tiba, berhenti. Godaan MC kepada kedua mempelai juga sedang jeda. Kini semua pandangan mengarah kepadaku yang terbengong, lalu ke arah perempuan itu. Suara air mancur makin menjadi air terjun.