"Hm? Ini? Bukan, Han. Aku sedang mengurangi nasi dan memperbanyak sayur." ujarnya tersenyum.
"Ha? Apa kau sakit?!" tanyaku setengah terpekik. Dia menghela napas, mengatupkan bibir, memberiku kode agar memelankan suara. Aku terdiam segera lalu melihat sekeliling. Di tempat seramai ini, mana mungkin suaraku akan terdengar. Dua orang di belakang juga berteriak dengan lawan bicara di sebelahnya. Apa mereka terkesan cemas bahwa pembicaraan mereka diketahui semua orang di lingkungan aula ini? Mereka baik-baik saja dengan bahan obrolan ala manusia biasa. Memangnya ada agen rahasia di sekitar sini? Khawatir pertanyaanku membongkar jati dirinya? Siapa dia? Power Ranger Pink?
Pria yang semula duduk di samping kursi kosong di sebelah perempuan itu, berdiri. Kuletakkan dua cawan puding di kursi itu dan duduk.
"Pilihan kuliner mereka sehat. Patut dicoba beberapa. Aku bahkan membuat sestoples kimchi. Jika kau mau ..."
Berhati-hati dia menyuap dan mengunyah, melirikku. Aku memasukkan sesendok penuh ke dalam mulutku, mengangguk. Aku ingin detik berhenti. Sekarang juga.
"Seperti apa rasanya?" tanyaku dengan mulut penuh.
"Akan menyenangkan jika kau bisa merasakannya sendiri. Mencicipi. Kalau mau---"
Suapannya yang terakhir. Dia memindai sekeliling, bersiap pergi.
"Kalau film?" tanyaku lagi mencegahnya beranjak.
"Pernah menonton film mereka, kuakui, drama-drama mereka. Tapi aku sangat jauh untuk dikatakan berminat atau menggemari."
"Malam Minggu ini aku tak ada acara. Film?" sodorku. Dia sedikit membelalak. "Bioskop," tambahku. Tapi dia menggeleng.