Mohon tunggu...
Wening Yuniasri
Wening Yuniasri Mohon Tunggu... Guru - Pelajar kehidupan

Menulislah, maka engkau abadi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Puding Es Krim Kacang Almond

21 Agustus 2024   18:22 Diperbarui: 22 Agustus 2024   20:17 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Japchae ala Korea menjadi gandrungan orang-orang. Perubahan ini sangat jelas terdedah di depan mata. Lupakan capcai pribumi, hasil kawinan gastronomi Tiongkok yang bercokol lama di bumi pertiwi ini. Sambutlah invasi Korea dalam berbagai versi! Ya Tuhan, bagaimana mungkin semua bisa dengan mudah mereka pengaruhi? Oh, bahkan perempuan pemilik jam tangan itu juga menemukannya dengan mudah. Setengah berlari, aku bergerak mendekati keramaian.

"Sudah lama?" Aku menjajarinya setengah berbisik, pura-pura mengambil piring.

Setengah terkejut, dia mengonfirmasi pendengaran dan menengok pelan untuk mengenaliku. "Belum," katanya, "mengantri di sana, iya," sambungnya lagi, mengerling pelaminan.

Aku terkekeh, selalu detil seperti biasanya. Tak ingin komunikannya tertipu dengan gaya bicaranya. Tapi nyatanya, aku tergelincir. Merasa tertipu.

"Secara umum---"

"Tentu saja aku bercanda," simpulnya kemudian, "jangan diambil hati, aku baru lima belas menit di ruangan ini, menghampiri meja prasmanan ini satu menit yang lalu," jawabnya sambil mengerling sisi kananku, "dan sepertinya kita perlu segera bergerak."

Serta merta aku mengamati lingkungan buffet ini, melihat antrian pembawa piring keramik putih dengan sendok dan mangkuk sup yang berkerumun itu. "Sudah barang pasti, Mbak ..." tengokku kembali padanya. Bayangan perempuan tadi sudah tidak ditemukan di sekitar meja penuh hidangan menentramkan itu.

Piringku masih kosong. Aku mengingat pilihan di atas piringnya. Setengah iseng, aku memilih yang serupa, jika tidak mau dikatakan sama: sohun kecoklatan berbaur dengan paprika hijau-merah yang digongseng dengan jamur dan wortel dalam irisan memanjang, juga kusendok ke atas piringku.

Dengan segera mataku menyapu ruangan, mencari kemungkinan wanita setinggi daguku itu berada. Siluet kebiruan itu kukenal dengan baik. Tunggu sebentar. Di sana, sebuah kursi kosong di sampingnya. Haruskah aku menyambar dua cawan puding juga?

"Japchae?" tanyaku menyebelahinya duduk menentang air mancur keperakan setelah berkeliling sambil menjulurkan leher dan menegakkan kepala. Keluar dari lalu lintas manusia yang super padat dan menemukannya kembali, ternyata bukan perkara yang mudah. Oh, suasana ini! Gemercik air, lagu lembut, dan MC yang atraktif.

"Wow, lafal yang bagus. Penggemar K?" ujarnya berbasa-basi sambil mengerling. Kuperhatikan aksen merah jambu yang tersemat di belikat kirinya. Aku menggeleng. "Kau sendiri penggemar juga?" tanyaku menengok isi piringnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun