Dalam kemarau gigil udaraÂ
Tenda-tenda bagai kuntum-kuntum jamur
Kelembapan warna-warni pegunungan; subur
Baca juga: Mengapa Cinta?
Seorang lelaki membiarkan cinta berkuntum pulaÂ
 Â
kepada dirinya, kepada perempuan siapa
Baca juga: Semifinal Cinta
menatap ceruk sungai membiarkan angin datang menyapa
 Â
Mengapa cemburu menyelinapi dada?
Baca juga: Dalam Selubung Purnama
Angin mengecup, mengusap air mata
Udara lembut merengkuhnya
Daun-daun pengayom setia, berdirinya cakrawala
 Â
Tiadakah ia merasa?
Aku saja, aku saja
Biar kuusap air mata, merengkuh, mengayomimu
Biar aku, biar aku
Jogja, 19 Juli 2024 | Wening Yuniasri
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!