Dalam kemarau gigil udaraÂ
Tenda-tenda bagai kuntum-kuntum jamur
Kelembapan warna-warni pegunungan; subur
Seorang lelaki membiarkan cinta berkuntum pulaÂ
 Â
kepada dirinya, kepada perempuan siapa
menatap ceruk sungai membiarkan angin datang menyapa
 Â
Mengapa cemburu menyelinapi dada?
Angin mengecup, mengusap air mata
Udara lembut merengkuhnya
Daun-daun pengayom setia, berdirinya cakrawala
 Â
Tiadakah ia merasa?
Aku saja, aku saja
Biar kuusap air mata, merengkuh, mengayomimu
Biar aku, biar aku
Jogja, 19 Juli 2024 | Wening Yuniasri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H