Mohon tunggu...
Wening Yuniasri
Wening Yuniasri Mohon Tunggu... Guru - Pelajar kehidupan

Menulislah, maka engkau abadi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sembilan Ramadan

20 Maret 2024   08:31 Diperbarui: 20 Maret 2024   08:32 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Waktu itu sembilan Ramadan

Hari Jumat

Menculik kesempatan

Masih adakah jiwa yang ingat

 

Dalam sebuah rumah telah diasingkan

Dua orang cerdik pandai, Tuan

Wanita dan bayinya dalam buaian

Selebihnya orang muda gegas membuat rancangan

 

Sekaranglah saatnya, Bung!

 

Bom nuklir berdebum di dua kota

Pemilik bendera mentari merah

Yang sejak tiga tahun sebelumnya

Sebagai saudara tua, beramah-tamah

 

Tiada lagi menunggu rapat

Persiapan yang sudah diangkat

Sebuah bidak perlu berangkat:

Skak mat!

 

Jihad kita selesai!

Rahmat Tuhan telah turun!

 

Tiada darah, terkira, akan mengalir

Berlarut-larut tertimbun

 

Laparnya puasa tiada dapat menghalang

Loncatan guruh, gulung gelombang

Serentak segala suara udara

Memekik; merdeka!

Jogja, 21 Maret 2024 | Wening Yuniasri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun