Mohon tunggu...
Wening Yuniasri
Wening Yuniasri Mohon Tunggu... Guru - Pelajar kehidupan - Nominator Best in Fiction Kompasiana Awards 2024

Menulislah, maka engkau abadi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cangkang Kejutan Ilahi

19 Maret 2024   05:05 Diperbarui: 19 Maret 2024   05:06 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Biji tetumbuhan pada pohon telah membiarkan angin memiliki kedudukan

Mengelilingi jangkauan malam, meminta pertimbangan

Bisakah bersamanya serta?

 

Dia telah membiarkan huruf mewakili perasaan

Meminta tetap tinggal

Meski payah zaman mengendalikan

Agar tetap bersamanya

 

Biji tetumbuhan telah mengakui bahwa langkahnya terbatas

Menangis keras-keras

Bersamaan hujan deras

 

(Diam-diam sebuah situasi menyembul mengantikan kehidupan lamanya;

Membaru selalu)

 

Sel tubuhnya mengikuti kejutan ilahi;

Telah pecah cangkang kepribadiannya, karakter baru

Bahwa sejak dia tergantung di ketinggian merasa terkekang, duhai

Dia sama sekali keliru

Tak perlu menginginkan kebebasan angin

Dia memiliki jalan lain

Buncah gembira

Kehendak Tuhan kepadanya

Jogja, 19 Maret 2024 | Wening Yuniasri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun