Sensor masih wajar
Bisa dibilang sensor di acara stasiun TV khususnya Indonesia semakin marak. Bahkan bisa dibilang lebay atau berlebihan, misalnya acara kartun yang beradegan normal pun diberi sensor. Banyak penonton televisi menjadi kesal melihatnya.
Seperti TV YouTube sebenarnya juga memiliki sensor hal ini bisa di buktikan bahwa tidak ada tayangan seperti pornografi dan sebagainya. Bahkan sensor yang terdapat di YouTube masih dalam batas wajar atau tidak lebay.
Dapat di download atau disimpanÂ
Jika kita menyukai suatu film atau lagu pastinya kita ingin menyimpan dan melihatnya berulang-ulang. Di YouTube kalian bisa mengulang-ulang video yang kalian sukai dan bahkan juga dapat kalian download atau simpan sedangkan di televisi kalian  hanya bisa menontonnya sekali saja dan juga tidak dapat disimpan.
Menghasilkan uang
Hal inilah yang menjadi salah satu incaran anak-anak milenial saat ini. Mereka yang memiliki kreatifitas-kreatifitas dapat menuangkannya dalam bentuk konten-konten YouTube, dan sudah pasti hasilnya.Â
Sedangkan TV hanya orang-orang yang sudah terkenal dan profesianal saja yang bisa masuk kedalamnya dan pastinya dengn uang yang besar, karena jika kita ingin menayangkan suatu film atau iklan kita akan membayarnya sejumlah durasi film atau iklan yang kita tayangkan.
Jumlah  penonton di YouTube juga cenderung terus meningkat, sementara TV sebaliknya. Bisa saja suatu ketika YouTube menyalip TV sebagai pilihan utama dalam menyaksikan konten video.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal ini sudah terjadi di kalangan muda. Sebuah survei oleh Comscore tahun lalu, misalnya, menunjukkan bahwa kaum Millenial usia 18-35 tahun lebih menyukai YouTube ketimbang TV sebagai penyedia konten video.